Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Pakar dari Jerman Latih Tim Konservator Candi Borobudur

Kompas.com - 01/10/2015, 15:35 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Balai Konservasi Borobudur (BKB) bekerjasama dengan UNESCO mengadakan pelatihan untuk para tenaga ahli (konservator) Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Enam tenaga ahli dari Jerman didatangkan untuk memberikan materi pada pelatihan yang digelar sejak 28 September 2015 lalu. Kepala BKB, Marsis Sutopo, mengatakan pelatihan bertajuk "Capacity Building for the Corservation of the Borobudur Temple Compunds" ini merupakan bentuk perhatian UNESCO terhadap Candi Borobudur, terutama pascaerupsi Gunung Merapi 2010.

Bentuk perhatian itu tidak hanya fokus pada konservasi fisik cagar budaya dunia itu, tapi juga upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM). Marsis menyebutkan pelatihan ini diikuti 50 peserta, tidak hanya tenaga ahli dari BKB, tetapi juga dari kantor perwakilan cagar budaya di berbagai daerah di Indonesia seperti dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jambi, Batusangkar dan Jakarta.

Marsis menjelaskan, pelatihan ini penting karena upaya pelestarian Candi Borobudur bukan hanya masalah atau pekerjaan teknis tapi juga kerja ilmiah, ada ilmu dan metodenya. Hal ini sesuai dengan undang-undang cagar budaya yang menyebutkan bahwa siapapun yang "bersentuhan" dengan cagar budaya harus memiliki kompetensi.

"Sesuai undang-undang cagar budaya, tenaga ahli pelestarian cagar budaya harus bersertifikat atau berkompeten. Jadi ke depan mereka akan punya grade," kata Marsis, Kamis (1/10/2015) siang.

Dia melanjutkan, UNESCO telah membantu mengirimkan tim ahli untuk memberikan berbagai materi pelestarian batu untuk pelatihan ini. Tim ahli dipimpin Prof Dr Hans Leisen, konservator batu dari Cologne Institute of Conservation Sciences, Jerman.

Tim ini terdiri dari enam anggota yang memiliki kompetensi berbeda, antara lain ahli batu, ahli sistem drainase air, ahli teknik dokumentasi, ahli teknik dan material konservasi, ahli mikrobiologi dan lainnya.

Sejauh ini, lanjut Marsis, para tenaga ahli di BKB telah bekerja dengan membuat berbagai penelitian dan kajian secara terus menerus dalam upaya konservasi sehingga diharapkan ada metode konservasi yang tidak hanya aman bagi benda tapi juga manusia dan lingkungan.

"Metode-metode konservasi terus kita kembangkan. Kita rutin membuat kajian-kajian hingga monitoring yang fokus pada kondisi kekinian Candi Borobudur sehingga kedepan cagar budaya ini bisa lestari, tidak mengalami kemusnahan dan bisa diwariskan ke generasi selanjutnya," ppar dia.

Sementara itu, Hans Leisen, konservator batu dari Jerman, mengatakan pelatihan bagi konservator ini merupakan kelanjutan dari proyek konservasi Candi Borobudur sejak erupsi Gunung Merapi 2010. Ketika itu, tim melakukan berbagai penelitian terkait dampak abu vulkanis Gunung Merapi terhadap batu-batu penyusun Candi Borobudur.

"Setelah meneliti dampak abu vulkanis, tujuan penelitian selanjutnya terkait konservasi Candi Borobudur untuk jangka panjang. Seperti persoalan rembesan air, munculnya kerak putih pada dinding candi, adanya lubang postul dan lain sebagainya. Jadi pelatihan semacam ini perlu diberikan untuk menambah kompetensi para tenaga ahli lokal," papar Hans.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com