Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganjar Pranowo Jualan Batik di Jerman, Belanda, dan Suriname

Kompas.com - 28/09/2015, 10:46 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com — Lawatan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ke tiga negara, yakni Belanda, Jerman, dan Suriname, selama 13 hari akan dimanfaatkan khusus sebagai ajang untuk promosi dan berjualan.

Ganjar mengaku akan berdagang batik di negara yang akan dikunjungi. “Kami nanti di sana semuanya pakai batik. Hanya sekali nanti yang pakai jas dalam forum resmi. Saya ingin dagang ke sana,” ujar Ganjar bersama rombongan SKPD dan DPRD Jateng sebelum berangkat ke Belanda di Bandara Internasional Ahmad Yani, Semarang, Minggu (27/9/2015) malam.

Batik yang akan dipromosikan, lanjut Ganjar, adalah batik dari perajin Jawa Tengah yang telah dipersiapkan secara khusus. Pakaian yang dikenakan bersama 20 orang lainnya itu akan disesuaikan dengan negara yang dikunjungi.

Ia mencontohkan, saat dulu pertama kali kunjungan ke Australia, Ganjar mengenakan batik dengan motif kanguru. Batik dengan model negeri yang dikunjungi dinilai menjadi sarana yang tepat untuk promosi produk Jawa Tengah ke mancanegara.

“Ini perjalanan kedua saya ke luar negeri. Batiknya, batik khusus. Salah satunya nanti batik wayang saat kami ke Suriname. Kami desain batik khusus untuk perjalanan ke luar negeri,” tambahnya.

Selain batik wayang yang akan dipromosikan ke Suriname, desain batik untuk negara Belanda dan Jerman juga akan dibuat secara khusus. Khusus untuk Jerman, batik akan disertai dengan lambang negara. Namun demikian, Ganjar tak mengatakan motif khas apa yang dipakai dalam balutan batik ke negeri Eropa tersebut.

“Dulu pas di Tiongkok tidak sempat desain. Tapi di Belanda sudah disiapkan dan Jerman nanti ada logo negaranya. Saya penginnya dagang ke sana, bisa cetak dan produksi. Itu menarik untuk ditawarkan,” imbuh dia.

Selain hal batik, Pemprov juga akan belajar mengelola museum saat bertandang di Jerman. Dia ingin museum tak hanya untuk menaruh barang koleksi, tetapi lebih dari itu. Museum agar bisa dijadikan sumber pengetahuan, wisata, dan lainnya. “Yang seperti itu di sini itu yang belum ada, nanti kami pelajari,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com