Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Mahasiswa Universitas Bengkulu Capai Puncak Elbrus

Kompas.com - 23/09/2015, 10:15 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com - Empat mahasiswa Universitas Bengkulu dari Kelompok Aktivitas Mahasiswa Pencinta Alam (Kampala), pukul 15.20 WIB atau sekitar pukul 12.20 waktu Rusia, Senin (22/9/2015) mencapai puncak Gunung Elbrus.

Dari ketinggian 5.642 Meter dari Permukaan Laut (Mdpl) tersebut Adnan Hidayat Hasibuan (25), Herydupen Malau (23), Ardi Pangestu (23) dan seorang leader Discomand Andalas (39), mengingatkan masyarakat dunia pentingnya penyelamatan hutan hujan tropis di Pulau Sumatera.

"Tidak akan ada puncak gunung es di dunia ini jika masyarakat tidak menyelamatkan hutan tropis Sumatera yang menjadi paru-paru dunia, penyelamatan hutan tropis menjadi salah satu kunci kelestarian puncak-puncak gunung tertinggi di dunia." kata D.Andalas dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (23/9/2015).

Andalas menambahkan, kerusakan hutan hujan Sumatera tidak saja mengancam puncak-puncak gunung es di dunia, tapi gletser di kutub dunia. Hal itu juga berdampak terhadap pemanasan global. Oleh karena itu, dengan menyelamatkan hutan hujan tropis dan menghentikan alih fungsi hutan yang ada di Indonesia, maka  kehidupan di muka bumi dapat diselamatkan.

"Langkah penting yang harus dilakukan untuk menyelamatkan hutan tropis Sumatera adalah dengan cara menghentikan alih fungsi lahan dan hutan menjadi wilayah pertambangan dan perkebunan skala besar," tegas dia.

"Kerusakan hutan hujan Sumatera yang semakin parah akhir-akhir ini semakin mempercepat perubahan iklim dunia, hutan hujan Sumatera bukan saja tanggungjawab masyarakat Sumatera dan Indonesia, namun milik dunia," tulis dia lagi.

Herydupen Malau, pendaki lain mengatakan, salah satu dari tujuh puncak dunia, yaitu Gunung Kilimanjaro Afrika telah kehilangan 85 persen lapisan gletsernya sejak tahun 1912. Hal ini pun diungkap para periset dari NASA Earth Observatory dalam Proceedings of the National Academy of Science, 2009, di mana Gunung Kilimanjaro terancam kehilangan lapangan esnya.

Menurut peneliti, es yang berada di puncak gunung tersebut terlihat menyusut dan diperkirakan akan hilang total di sekitar tahun 2060.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com