Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan Tak Kunjung Datang, Air Bersih di Sangihe Pun Dijatah

Kompas.com - 21/09/2015, 20:10 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

SANGIHE, KOMPAS.com - Kemarau panjang yang belum juga berakhir membuat warga yang tinggal di pulau-pulau di Kabupaten Kepulauan Sangihe menjerit. Pasalnya, sudah beberapa bulan terakhir hujan belum juga turun padahal salah satu sumber air bersih mereka berasal dari menampung air hujan.

Di Pulau Kawaluso, Kecamatan Kepulauan Marore yang merupakan salah satu pulau terluar Indonesia, kepala lingkungan bahkan harus mengawasi warganya saat mengambil air di sumur yang juga nyaris kering.

"Kepala lingkungan terpaksa menjatah satu rumah hanya bisa ambil dua galon air setiap hari, karena kalau tidak air tidak akan cukup. Itu pun hanya untuk persedian air minum dan masak," ujar Kepala Urusan Pemerintahan Desa Kawaluso, Herry Totaeng, Senin (21/9/2015).

Kepala Desa Kawaluso Benny Barahama berharap pemerintah memprioritas pengadaan sumber air bersih di desanya. Sebab menurut dia saat ini tinggal tersisa tiga sumber air bersih yang dimiliki warga dengan debit air sudah sangat berkurang.

"Memang saat ini ada pembangunan mesin desalinasi air tapi proyek itu masih sementara dikerjakan, sementara hujan belum juga turun-turun. Kami harus benar-benar menghemat air dan hanya digunakan disaat benar-benar dibutuhkan," kata Barahama.

Kondisi yang sama dialami warga Pulau Matutuang, mereka yang sangat bergantung pada pasokan air bersih dari bak dan tong penampungan air hujan kini merasa kesulitan. Warga desa harus berjalan cukup jauh untuk menampung air bersih dari sumber mata air yang hanya menetes kecil. Alhasil hampir setengah waktu rutinitas keseharian dihabiskan untuk mengambil air bersih.

Namun, dibandingkan di Kawaluso, warga di Matutuang sedikit terbantu dengan beroperasinya sistem desalinasi yang dibangun oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Mesin yang digerakkan tenaga matahari itu memproses air bersih yang bisa menyuplai kebutuhan air minum warga.

"Mereka cukup membayar Rp 3.000 per galon untuk air siap minum. Dan itu hanya untuk minum saja bukan untuk keperluan lainnya," ungkap Kepala Desa Matutuang Heri Sumolang.

Dengan kondisi seperti ini, untuk mandi, warga harus menggunakan air laut. Jika ada yang datang bertandang ke pulau mereka, tamu harus membawa persediaan air bersih sendiri.

Kecamatan Marore merupakan kecamatan paling Utara di Sangihe yang juga merupakan wilayah perbatasan dengan Filipina. Gelombang tinggi saat cuaca kurang bersahabat menjadi salah satu kendala transportasi ke wilayah itu. Sementara itu, kapal perintis yang melayari rute tersebut hanya singgah dua minggu sekali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com