Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Yasmudi, Pemijat Sapi yang Kerap Ditendang

Kompas.com - 19/09/2015, 08:31 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com — Tidak semua orang bisa menjalani profesi sebagai tukang pijat sapi. Sebab, untuk menjadi tukang pijat sapi, seseorang harus benar-benar memiliki keahlian khusus, tanpa rasa takut, apalagi risih.

Jasa dari profesi ini memang sedang banyak dibutuhkan oleh para peternak sapi menjelang hari raya Idul Adha ini. Adalah Yasmudi (58), salah seorang tukang pijat yang sudah 20 tahun menekuni profesi langka ini.

Suka dan duka telah dirasakan warga Dusun Ngresap, Desa Gulon, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang Jawa Tengah ini selama menjadi tukang pijat sapi dan hewan ternak lainnya.

Tidak jarang Yasmudi mengalami cedera pada kaki dan tangannya karena ditendang oleh sapi saat sedang memijat. Belum lagi sapi yang suka membuang kotoran sembarangan dengan aroma yang tentu menjijikkan bagi orang lain.

"Ini kaki saya dekok (berlekuk) karena ditendang sama sapi. Baju kotor dan bau kena kotoran juga sudah biasa," ucap Yasmudi sembari memperlihatkan bekas luka pada kaki kirinya, Sabtu (19/9/2015).

Kakek satu cucu ini mengatakan, sebelum memijat, ia juga harus mengetahui kondisi kesehatan sapi karena akan disesuaikan dengan teknik memijat.

Apabila mata sapi terlihat berair atau menangis, muka pucat, kepala diletakkan, tidak mau berdiri, itu tanda sapi sangat kelelahan. Sapi seperti ini akan berontak jika dipijat.

"Sama halnya manusia, kalau sedang tidak sehat, sangat kelelahan, maka akan kesakitan saat dipijat. Dia akan berontak," ucap Yasmudi.

Tidak sengaja

Yasmudi menceritakan, menjadi seorang tukang pijat bermula dari ketidaksengajaan. Ketika itu, ia memiliki seekor kerbau yang biasa digunakan untuk membajak sawah.

Suatu saat, kerbaunya terlihat pincang dan tak mau membajak. Yasmudi lalu memijat-mijat kerbaunya beberapa saat.

"Saya coba pijat-pijat sebisanya pada kaki dan badan kerbau. Setelah dipijat, ternyata kerbaunya sembuh. Kerbau saya tidak pincang lagi. Nah, sejak itu banyak teman dan tetangga yang minta tolong saya untuk memijat kerbaunya," ucap Yasmudi.

Bapak tiga putra ini pun terus berlatih teknik memijat meski dengan otodidak. Hingga kini, Yasmudi tidak hanya mahir memijat sapi dan kerbau, tetapi juga kambing, kuda, dan manusia.

Sementara itu, peralatan yang diperlukan saat memijat sapi cukup sederhana, yakni hanya menggunakan balsam gosok. Jumlahnya bergantung pada ukuran dan kondisi kesehatan sapi.

"Kalau sapi tidak terlalu capek, cukup satu botol. Kalau sakitnya parah dan besar, bisa butuh 3-6 botol balsam gosok yang paling panas," tuturnya.

Setiap hari, terlebih menjelang hari raya kurban, order memijat sapi terus berdatangan. Ia bisa memijat 1-4 ekor sapi setiap hari, bahkan pada waktu tengah malam pun Yasmudi kerjakan.

Order datang tidak hanya dari Kabupaten Magelang, tetapi juga sudah sampai Kota Magelang dan Yogyakarta. "Saya tidak mematok ongkos memijat. Semampunya saja," ucap dia yang sehari-hari juga sebagai petani ini.

Nur Waluyo, salah satu peternak sapi di Desa Polengan, Kecamatan Srumbung, mengaku rutin memakai jasa Yasmudi untuk memijat sapi-sapi miliknya.

Nur mengakui memijat sapi adalah pekerjaan yang tidak mudah dan memiliki tingkat risiko tinggi. Dia pun biasa memberi ongkos pijat sesuai dengan risiko itu.

"Kalau sapi saya sedang benar-benar sakit dan berukuran besar, saya beri lebih banyak Rp 50.000-Rp 200.000 per ekor karena dia (pemijat) bisa saja kena tendangan kaki sapi, bisa berbahaya," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com