Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalsel dan Kalteng Kirim Asap Pekat ke Balikpapan

Kompas.com - 10/09/2015, 22:00 WIB
Kontributor Balikpapan, Dani Julius

Penulis


BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Beberapa hari belakangan ini, kabut asap pekat menyelimuti kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Asap terasa lebih pekat pada pagi, kemudian berangsur-angsur hilang di siang hari. Kemudian pada sore hari asap kembali muncul namun cepat menghilang.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Balikpapan, Imam Mashudi, mengatakan asap pekat yang menyelimuti Balikpapan, paling banyak merupakan kiriman dari Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, serta sedikit dari Kabupaten Penajam Pasir Utara dan Paser.

“Balikpapan ini relatif aman dari api. Asap yang muncul belakangan adalah kiriman dari Kalsel dan Kalteng. Titik api yang diyakini menimbulkan asap, terbanyak dari dua daerah itu,” kata Imam, Kamis (10/9/2015).

BMKG Balikpapan mencatat 716 titik api muncul di seluruh Kalimantan pada 9 September 2015. Sebanyak 352 titik api diyakini menjadi penyebab kebakaran besar lalu menimbulkan asap yang menyelimuti Kalimantan. Dari lebih dari 700 hotspot itu, terpantau di Kalsel terdapat 152 titik api, sementara Kalteng 469 titik.

“Tetapi tidak semua yang benar-benar terjadi kebakaran besar dan menimbulkan asap seperti sekarang,” kata Imam.

Angin yang bertiup dari arah selatan dengan kecepatan 20-40 kilometer per jam di ketinggian 3.000 kaki menuju ke arah Samudera Pasifik menyebabkan asap dari tiga provinsi di Kalimantan, termasuk dari Kalbar, bergerak memasuki Kaltim.

“Pola angin datang dari dataran kering di Benua Australia, kemudian berbelok di Kalimantan ke arah Barat Daya ke Samudera Pasifik yang (memiliki tekanan) lebih rendah,” kata Imam.

“Pesisir di Balikpapan sebenarnya tidak banyak terpengaruh, karena punya potensi hujan. Hanya saja, karena angin maka awan hujan pecah dan terbawa ke Pasifik,” tambah Imam.

Asap kiriman dari kebakaran hutan di provinsi lain itu diperkirakan mencapai puncaknya pada Oktober-November mendatang lalu berubah menjelang akhir tahun. Pola angin yang berubah saat memasuki musim hujan pada November-Desember diperkirakan bakal mempengaruhi kondisi Balikpapan.

Sementara itu, meski asap kiriman menyelimuti Balikpapan, diyakini belum membahayakan kesehatan warga maupun mengganggu penerbangan. “Jarak pandang masih baik bagi penerbangan di Balikpapan, lebih dari 9.000 meter saat siang. Yang terpengaruh adalah diprovinsi lain (Kalsel, Kalteng, Kalbar) sehingga mengganggu penerbangan di sana,” kata Imam.

“Kondisi udara juga masih lebih baik karena kita masih di bawah Samarinda tingkat polutannya. Samarinda terakhir yang terpantau masih di bawah ambang batas polusi,” katanya.

Jumlah titik api bertambah

Sementara itu, BMKG memantau lonjakan jumlah titik api di Kabupaten Kutai Barat dan Kutai Timur. Pada Kamis (10/9/2015) terpantau 231 titik api di seluruh Kaltim. Titik api terbanyak yakni di Kutai Barat dengan 68 titik, 54 di Berau, dan 48 di Kutai Timur.

Kendati belum tentu seluruh titik api menimbulkan asap pekat, namun diyakini titik-titik api itu turut menyumbang kepungan asap di Kaltim saat ini. “Biasanya memang begitu. Titik api mulai terlihat dulu di Kalteng, ke Kalsel, kemudian muncul di daerah utara Kalimantan, seperti Berau. Ada kaitannya dengan angin dari selatan ke utara. Baru kemudian muncul (hotspot) di daerah Kaltim ini,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi, Abdul Haris Z.

Haris mengungkapkan, BMKG juga mendeteksi 26 titik api di Kutai Kartanegara, 33 titik di Paser, satu di PPU maupun Mahakam Ulu. Sementara di Kalimantan Utara terdapat 11 titik di Kabupaten Bulungan. Kurangnya intensitas hujan di Kalimantan membuat asap semakin sulit hilang.

Asap juga menimbulkan masalah tersendiri karena menyedot uap air yang ada di wilayah Kalimantan. Ia mengatakan, selain itu juga angin yang bertiup kencang membuyarkan awan hujan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com