Nur menceritakan, setiap hari, Bagong mendapat asupan makanan tiga kali sehari dengan jenis makanan yang berbeda. Dalam sehari, Bagong mampu menghabiskan 20 kilogram konsentrat, 50 kilogram rumput kalanjana, dan jerami.
"Bagong juga makan buah-buahan seperti semangka dan pepaya. Selain itu, saya juga beri ketela pohon karena bagus untuk daya tahan tubuhnya," kata Nur.
Untuk minuman, kata Nur, Bagong kerap diberi jamu herbal yang dinilai baik untuk menjaga kesehatannya. Nur meracik sendiri jamu tersebut, berupa hasil fermentasi berbagai macam tanaman herbal.
"Jamu ini juga memiliki efek mengantuk sehingga tidak ada pembakaran lemak pada tubuh Bagong. Kalau habis minum setiap pagi dan sore, pasti dia tidur," ungkap Nur berbagi tips.
Selain mengatur asupan makanan, Nur juga memberikan perlakuan khusus pada sapi berwarna kecoklatan itu. Dia sering memijat sapi tersebut setiap tiga minggu sekali dan memandikannya dengan air garam.
"Kalau pijat tergantung kondisinya juga, seperti kalau lagi terlihat pincang karena kelelahan," ujarnya.
Tidak hanya itu, Nur bahkan memperhatikan kondisi psikologis sang sapi. Beberapa waktu terakhir, Bagong terpaksa "disembunyikan" di rumah kerabatnya di Desa Gulon, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, karena banyak warga yang ingin melihatnya.
"Kalau terlalu lama dibiarkan di alam terbuka, sapi mudah stres, apalagi belakangan banyak dicari orang. Kalau stres, bobotnya pasti menyusut drastis," katanya.
Semua informasi tentang perawatan sapi jenis simental ini, lanjut Nur, diperolehnya dari membaca dan berselancar di internet. Nur mengaku tidak segan untuk berbagai ilmu kepada masyarakat, terutama sesama petani dan peternak sapi.
"Saya berharap pemerintah tidak lagi menggembar-gemborkan sapi impor karena sapi lokal juga tidak kalah berkualitas asal baik perawatannya," ujar Nur.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan