Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagong, Sapi Senilai Rp 70 Juta yang Hobi Pijat dan Minum Jamu

Kompas.com - 09/09/2015, 15:52 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com — Seekor sapi milik Nur Waluyo (42), warga Dusun Gowok, Desa Polengan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dibanderol Rp 70 juta. Itu merupakan harga yang cukup tinggi dibanding harga sapi pada umumnya.

Sang pemilik mematok harga tinggi karena sapi jenis simental ini memiliki berat badan sekitar 1,1 ton, panjang 2,8 meter, dan tinggi 1,5 meter.

"Menjelang hari raya kurban ini sudah ada yang nawar, tetapi belum saya lepas karena tawaran masih di bawah Rp 70 juta," ungkap Nur, Rabu (9/9/2015).

Nur mengatakan, sapi yang diberi nama Bagong itu sudah dipelihara sejak empat tahun lalu. Nur mengaku benar-benar merawat sapi berwarna coklat itu dengan sepenuh hati, mulai dari asupan makanan sampai psikologis sapi juga diperhatikan oleh Nur.

Nur, yang juga Ketua Asosiasi Peternak Sapi Kabupaten Magelang, itu menceritakan, awalnya sapi tersebut dibeli dengan harga Rp 23 juta saat berumur 14 bulan. Ketika itu, bobot badannya masih sekitar 500 kilogram. Namun, dalam kurun waktu dua tahun, Nur mampu menaikkan bobot sapi hingga dua kali lipat dari bobot semula.

"Saya merawatnya dengan khusus. Saya kasih makan tepat waktu dengan jenis makanan yang bervariasi, yakni konsentrat, rumput, ketela pohon, sampai buah-buahan," ujar Nur.

Keberhasilan Nur dalam penggemukan sapi adalah buah dari kegigihannya beternak sejak tahun 2005 silam. Selain Bagong, Nur juga memiliki enam sapi unggul lainnya dengan kualitas prima.

"Rata-rata sapi yang saya pelihara memiliki bobot berkisar 800 kilogram-1 ton," ujar Nur.

Suka minum jamu dan pijat

Tidak mudah memelihara sapi mulai dari kecil hingga memilik kualitas prima. Peternak harus melakukan perawatan khusus, mulai dari memperhatikan asupan makanan, kebersihan kandang, hingga psikologis sapi.

"Saya benar-benar merawatnya dengan baik dan khusus dibanding sapi lainnya. Hasilnya pun jadi bagus," ucap Nur, Rabu (9/9/2015).

Nur menceritakan, setiap hari, Bagong mendapat asupan makanan tiga kali sehari dengan jenis makanan yang berbeda. Dalam sehari, Bagong mampu menghabiskan 20 kilogram konsentrat, 50 kilogram rumput kalanjana, dan jerami.

"Bagong juga makan buah-buahan seperti semangka dan pepaya. Selain itu, saya juga beri ketela pohon karena bagus untuk daya tahan tubuhnya," kata Nur.

Untuk minuman, kata Nur, Bagong kerap diberi jamu herbal yang dinilai baik untuk menjaga kesehatannya. Nur meracik sendiri jamu tersebut, berupa hasil fermentasi berbagai macam tanaman herbal.

"Jamu ini juga memiliki efek mengantuk sehingga tidak ada pembakaran lemak pada tubuh Bagong. Kalau habis minum setiap pagi dan sore, pasti dia tidur," ungkap Nur berbagi tips.

Selain mengatur asupan makanan, Nur juga memberikan perlakuan khusus pada sapi berwarna kecoklatan itu. Dia sering memijat sapi tersebut setiap tiga minggu sekali dan memandikannya dengan air garam.

"Kalau pijat tergantung kondisinya juga, seperti kalau lagi terlihat pincang karena kelelahan," ujarnya.

Tidak hanya itu, Nur bahkan memperhatikan kondisi psikologis sang sapi. Beberapa waktu terakhir, Bagong terpaksa "disembunyikan" di rumah kerabatnya di Desa Gulon, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, karena banyak warga yang ingin melihatnya.

"Kalau terlalu lama dibiarkan di alam terbuka, sapi mudah stres, apalagi belakangan banyak dicari orang. Kalau stres, bobotnya pasti menyusut drastis," katanya.

Semua informasi tentang perawatan sapi jenis simental ini, lanjut Nur, diperolehnya dari membaca dan berselancar di internet. Nur mengaku tidak segan untuk berbagai ilmu kepada masyarakat, terutama sesama petani dan peternak sapi.

"Saya berharap pemerintah tidak lagi menggembar-gemborkan sapi impor karena sapi lokal juga tidak kalah berkualitas asal baik perawatannya," ujar Nur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com