Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Kemarau, Sulit Dapat Air Bersih sampai Kebakaran Kantor Lurah

Kompas.com - 09/09/2015, 12:17 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

MANADO, KOMPAS.com - Dampak kemarau panjang semakin terasa di Sulawesi Utara. Di beberapa wilayah, warga mulai kesulitan untuk mendapatkan air bersih.

Dari data yang dihimpun, kebakaran lahan produktif terjadi di beberapa wilayah kabupaten/kota, seperti di Kota Manado, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Minahasa Utara, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kota Bitung dan Kabupaten Bolaag Mongondow (Bolmong).

Beberapa warga yang tinggal di perbatasan Kota Manado dan Minahasa, khususnya di ruas jalan Trans Sulawesi yang melewati Tateli, Kalasey hingga ke Malalayang melihat fenomena yang tidak biasanya.

"Kalau menjelang malam hingga pagi hari, kabut asap sangat terasa, tidak seperti biasanya, Pulau Manado Tua kadang terhalangi kabut asap," ungkap Joppy, warga Malalayang, Rabu (9/9/2015).

Kabut asap itu diduga hasil dari kebakaran lahan di daerah Warembungan, Minahasa, yang kemudian turun menyelimuti sebagian daerah Kota Manado hingga ke Tateli. Beberapa warga melaporkan kebakaran lahan di Warembungan telah padam namun titik api terlihat di Desa Koha dan Agotey, Minahasa.

Kepala Dinas Kebakaran Manado Sonny Rompas menjelaskan bahwa selang Juli hingga Agustus 2015 saja, sudah ada 115 kasus kebakaran lahan, yang hampir semuanya disebabkan oleh kecerobohan warga.

"Kebakaran Kantor Lurah Bailang akhir pekan lalu, awalnya bermula dari kebakaran alang-alang yang berada di dekat bangunan tersebut," ujar Rompas.

Kebakaran lahan yang ditumbuhi alang-alang juga terjadi di Kota Bitung. Bahkan beberapa waktu lalu, lokasi hutan lindung di Tangkoko ikut terbakar. Akibat kebakaran tersebut diperkirakan kerugian mencapai miliaran rupiah.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Minahasa Selatan Handry Komaling melaporkan bahwa kebakaran lahan saat musim kemarau ini terjadi di kawasan hutan Tumpaan, Perkebunan Kelurahan Pondang, Kilometer Tiga dan Kecamatan Amurang.

Di Minahasa Utara, setidaknya sudah ada 63 kali kebakaran yang terjadi di 10 kecamatan. Hutan Produksi Terbatas di wilayah Mandolang hingga Pineleng, Minahasa juga tidak luput dari kebakaran.

Kebakaran telah terjadi di lahan seluas 200 hektar dan meluas hingga ke arah kaki Gunung Lokon. Banyaknya lahan yang terbakar tersebut dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap pasokan air bersih warga.

Di Tateli, Minahasa, yang dikenal sebagai salah satu desa dengan cadangan air melimpah, warga mulai khawatir karena pipa-pipa penyaluran air bersih ke rumah mereka sudah sering tak mengeluarkan air. Padahal tahun-tahun sebelumnya tidak pernah terjadi seperti itu.

"Paling kalau air tidak mengalir, itu disebabkan pipa tersumbat lumut, tapi sekarang sudah sangat sering air tidak jalan. Lahan diatas sudah semakin tandus, selain karena terbakar, juga karena adanya aktivitas galian C yang semakin tidak terkendali," tutur Pengki, warga Tateli.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com