Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulang Ingin Nikahkan Anaknya, TKI Sekeluarga asal Pamekasan Tenggelam di Malaysia

Kompas.com - 05/09/2015, 21:21 WIB
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman

Penulis

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Hari kebahagiaan yang ditunggu Susmiati (18) karena akan melangsungkan pernikahan dengan tunangannya, Hasib (20), tiba-tiba berubah duka setelah mendengar kabar ayah dan ibu kandungnya, Abdul Hamid (55) dan Suna (55), tenggelam dalam perjalanan pulang menggunakan kapal pengangkut barang di wilayah Sabak Barenam, Selat Malaka, Malaysia.

Abdul Hamid dan Suna tenggelam bersama kedua anaknya, Bunadi (35) dan Imam (35). Istri Bunadi, Hosniah (27) dan istri Imam, Hotimah (24) ikut tenggelam dalam satu kapal yang ditumpangi mereka. Namun, Imam dan Bunadi dikabarkan selamat dan sudah dirawat di kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia di Malayasia.

Susmiati sangat shock mendengar kejadian ini. Sudah dua hari tidak keluar dari kamarnya dan enggan ditemui orang lain. Meskipun calon mertuanya dari Kecamatan Banyuwates, Kabupaten Sampang, datang menjenguknya, Sabtu (5/9/2014), Susimiati tetap diam seribu kata. Beberapa persiapan menjelang penikahan Susmiati sudah rampung. Bahkan rumah yang dibangun untuk ditempati mereka berdua hanya tinggal pengecatannya saja. Persiapan lainnya seperti pesanan kue, pesanan rempah-rempah, beras, dan sewa berbagai macam peralatan pesata pernikahan sudah 100 persen selesai.

“Hanya undangan pernikahannya saja yang belum selesai disebar ke tetangga dan para kerabat,” kata Abdul Aziz, kakak kandung Susmiati, saat ditemui Kompas.com.

Pernikahan Susmiati tinggal 12 hari lagi. Apakah akan berlanjut atau tidak, keluarga besarnya belum memberikan keputusan.

“Tidak ada yang berani memutuskan apakah pernikahan akan terus dilanjutkan atau tidak. Sebab keputusan ada di bapak (Abdul Hamid),” kata Abdul Aziz.

Abdul Aziz menjelaskan, kepulangan enam keluarganya dari Malaysia memang sudah direncanakan sejak lama. Tujuannya karena akan ada pernikahan Susmiati, anak bungsu Abdu Hamid. Para korban berangkat dari Malaysia pada hari Kamis (3/5/2015) kemarin. Abdul Hamid sebelum naik ke atas kapal yang akan ditumpanginya masih sempat menelepon ke keluarganya di Dusun Seccang, Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan, Kabupaten Pamekasan.

“Kami semua mohon sambungan doa, mudah-mudahan selamat sampai ke Madura,” ungkap Abdul Aziz mengutip perkataan bapaknya.

Berharap selamat

Jumat sekitar pukul 10.00 WIB, Abdul Aziz menerima kabar dari pamannya, Burahmad, yang ada di Malaysia. Kabar itu tentang kapal yang ditumpangi Abdul Hamid tenggelam. Dua saudaranya, Bunadi dan Imam selamat. Sementara Abdu Hamid, Suna, Hosniah dan Hotimah belum ada kabar. Namun, seluruh keluarganya di Pamekasan berharap keempat orang itu masih selamat.

“Kami belum yakin mereka meninggal karena belum ada kepastian baik dari paman yang ada di Malaysia ataupun dari pihak kedutaan,” ujar Abdul Aziz.

Kalaupun mereka sudah meninggal, anggota keluarga di Pamekasan berharap jenazahnya segera dikirimkan untuk dimakamkan.

“Saya minta pemerintah ada perhatian untuk membantu memulangkan jenazah para korban jika memang sudah ada kepastian meninggal dunia,” harap Aziz.

Namun, sampai saat ini, belum ada satupun aparat pemerintah dari Kabupaten Pamekasan yang datang ke rumah korban untuk menyampaikan perkembangan informasi. Padahal, keluarga korban sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah.

“Keluarga di sini semuanya orang awam. Makanya, harapan kami pemerintah bisa membantu kami bagaimana jika nanti korban meninggal dan harus dipulangkan,” tandas Aziz.

Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Arif Handayani, berkali-kali dihubungi melalui ponselnya tidak dijawab.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com