Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dolar Terus Menguat, Perajin Tahu Magelang Cemas

Kompas.com - 31/08/2015, 19:24 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Perajin tahu di Kota Magelang, Jawa Tengah mulai cemas akibat terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa waktu terakhir. Para perajin ini khawatir harga bahan baku kedelai akan melonjak tajam sehingga mengurangi laba penjualan.

Dadang Kusnandar (57), perajin tahu di Kampung Trunan, Kelurahan Tidar Selatan, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, mengatakan sejauh ini hampir semua perajin tahu masih memakai bahan baku kedelai impor dari Amerika Serikat.

"Nilai dolar yang terus naik, jelas membuat cemas, karena kami pakai kedelai impor yang harganya juga bergantung pada kurs rupiah terhadap dolar," ungkap Dadang ketika ditemui Kompas.com di rumah produksinya, Senin (31/8/2015).

Dadang menambahkan, kenaikan harga kacang kedelai impor itu bahkan sudah dirasakan sejak sepekan terakhir dengan kisaran Rp 7.200 - Rp 7.600 per kilogram. Sebelumnya, harga kedelai masih berkisar antara Rp 6.500 - Rp 6.900 per kilogram. Meski demikian, Dadang melanjutkan, kenaikan tersebut masih dinilai wajar.

"Walaupun naik tapi masih wajar, asal jangan sampai Rp 10.000 per kilogram. Kalau dolar tak kunjung turun maka bukan tidak mungkin harga kedelai akan melonjak," papar Dadang.

Apabila harga bahan baku terus naik, kata Dadang, maka praktis biaya produksi juga ikut naik. Tak hanya itu, harga tarif listrik dan air yang juga tinggi membuat perolehan keuntungan perajin setiap harinya bakal terpengaruh.

"Sejauh ini kami masih menjual tahu dengan harga Rp 500 per potong. Kalau bahan baku dan biaya produksi naik terpaksa kami akan kurangi ukuran tahunya," lanjut dia.

Dadang menjelaskan perajin tahu lebih menyukai menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku tahu karena memiliki kualitas yang lebih bagus dan harga yang lebih murah. Harga kedelai lokal justru mencapai Rp 8.000 per kilogram. "Dari segi kualitas kedelai impor lebih bagus, lebih awet. Kalau kedelai lokal baru disimpan tiga hari sudah basi," ungkap Dadang yang sudah memproduksi tahu sejak 1985 itu.

Sedangkan untuk mengurangi biaya produksi, Dadang menerangkan dia sudah membuat sejumlah variasi tahu misalnya dengan membuat tahu pong atau tahu tanpa isi di samping tetap membuat tahu sayur dan tahu putih. Dadang juga memanfaatkan sekam padi untuk bahan bakar saat memasak tahu.

"Sekam padi hanya Rp 6.000 per karung, jauh lebih murah dibanding gas LPG. Sehari bisa habis 10 karung sekam saja," kata dia.

Dadang berharap pemerintah segera membuat kebijakan yang dapat menstabilkan kembali perekonomian. Sehingga para pengusaha kecil, khususnya para perajin tahun seperti dirinya,  tidak bertambah beban, bisa bertahan dan berkembang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com