Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Rasba Melawan Kekeringan dan Kemiskinan

Kompas.com - 19/08/2015, 14:50 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

INDRAMAYU, KOMPAS.com - Kulitnya legam, selegam lahan garam yang ditambaknya di Desa Eretan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Namun, itu tak menghalangi sosok bertubuh tegap ini berpacu dengan waktu mengejar cahaya mentari siang itu, Senin (17/8/2015).

Rasba, sosok tegap legam berusia lebih dari separuh abad itu terpaksa beralih profesi menjadi petambak garam. Dia memilih pekerjaan ini setelah menuai kegagalan panen padi pada awal April 2015 di lahan sawah garapan seluas satu setengah (1,5) hektar milik ibu Hajjah Fatimah.

Fatimah, cerita Rasba, adalah orang kaya yang punya puluhan hektar lahan di desanya. Selain lahan untuk persawahan, Fatimah juga punya lahan untuk tambak lele, tambak garam, dan lahan peternakan macam sapi, ayam, dan kambing.

"Modal saya Rp 6 juta habis. Hilang begitu saja. Padahal saya harus mengembalikan uang itu ke BRI dalam jangka waktu tiga bulan," ujar Rasba sembari menyiangi butiran kristal garam yang berkilauan terkena sinar terik matahari. 

Dia bertutur, lahan tanaman padi yang digarapnya bersama istri tercinta, Catimah (45 tahun) tak bisa dimanfaatkan lagi. Begitu prosesi tandur dimulai sejak Februari, dan perawatan padi berlangsung setelahnya pada masa produktif kurun Maret-April tahun ini, kekeringan melanda. 

KRISTIANTO PURNOMO/Kompas.com Chatimah sudah tiga bulan menambak garam di Kampung Eretan, Desa Losarang, Kabupaten Indramayu. Akibat kekeringan, sawah yang sudah sempat dia tandur, gagal menghasilkan panen. Ketimbang berpangku tangan, bersama suami, dia beralih profesi menjadi petambak garam hingga musim hujan tiba dan kembali menggarap persawahan. Gambar diabadikan pada Selasa (18/8/2015).
Tinggi muka air Sungai Eretan menyusut, arusnya melambat, untuk kemudian tidak lagi bisa mengaliri lahan-lahan persawahan di sekitarnya. Ini terjadi pada Maret lalu. Rasba pun mencari segala cara untuk tetap dapat mengairi lahan padi garapannya.

"Saya khawatir, padi tak bisa dipanen karena kekurangan air saat masa perawatan. Saya mencoba mencari utangan ke tetangga buat beli pompa air. Tapi nggak dapet," tutur Rasba.

Gagal panen yang dikhawatirkannya, akhirnya terjadi juga. Bulir-bulir padi montok menguning yang tahun-tahun sebelumnya memberikan harapan kehidupan, ternyata kopong dan rusak. Tentu, April itu menjadi kisah kelam bagi Rasba, dan ratusan petani lainnya.


KRISTIANTO PURNOMO/Kompas.com Kondisi aktual lahan tanaman padi di Desa Panyindangan, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Minggu (16/8/2015). Kekeringan membuat para petani merugi puluhan juta rupiah.
Menurut Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, per 31 Juli 2015, terdapat 4.278 hektar lahan mengalami gagal panen, 2.247 hektar mengalami kekeringan berat, 5.675 hektar mengalami kekeringan sedang, 5.955 mengalami kekeringan ringan dan seluas 15.273 yang terancam kekeringan.


Tahun ini lebih parah


Rasba menyadari, kekeringan memang tak hanya terjadi tahun ini saja. Tahun-tahun sebelumnya, kekeringan seolah telah menjadi sahabatnya. Namun, dampak kekeringan sekarang jauh lebih buruk. Itu dirasakannya saat kehilangan tanaman padi puso dan kehilangan modal 6 juta, dan harus meminjam lagi Rp 5 juta untuk membuka tambak garam.

Sedianya, jika panen sukses, Rasba mampu meraup 8 sampai 10 ton gabah atau senilai Rp 30 juta. Dengan selisih angka yang jauh itu, Rasba membayangkan bisa membayar utang, dan membelikan istrinya kalung emas, jilbab baru serta memberi hadiah cucunya sepeda.

KRISTIANTO PURNOMO/Kompas.com Areal persawahan tanaman padi di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Senin (18/8/2015).
Dengan profesi baru ini, Rasba dan Catimah yang merupakan warga kampung Karangsinom, harus menempuh perjalanan 30 menit menuju lahan tambak garam di Eretan. Mereka menumpang angkutan Elf, dan menjemput pagi sekitar pukul 04.00 WIB.

"Kalau terlambat lima menit atau sepuluh menit saja, angkutan Elf sudah penuh oleh petambak garam lainnya," imbuh Rasba.

Catimah menimpali, karena itu mereka harus sepagi mungkin menuju Eretan untuk memastikan lahan tambak garam garapannya aman-aman saja, tidak "diganggu" oleh petambak garam lainnya.

Perempuan berparas manis ini pun bercerita, lima hari setelah membuka tambak garam, ada banyak kotoran manusia, dan sampah yang harus dibersihkannya setiap hari. Namun, seiring waktu berjalan, Rasba dan Catimah pun mulai dapat menuai kembali harapan.

KRISTIANTO PURNOMO/Kompas.com Areal pertanian tanaman padi yang mengalami kekeringan, dan lahan tambak garam di Desa Eretan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Senin (18/8/2015).
Saat ditemui Kompas.com, keduanya tengah memanen garam. Dari lahan tambak seluas 1 ton tersebut, Rasba dan Catimah mampu memanen 2 hingga 3 ton garam. Mereka menjualnya ke pengepul senilai Rp 200.000 per kuintal. Dari nilai jual itu, separuhnya diserahkan kepada Fatimah, dan sisa lainnya untuk kebutuhan hidup sehari-hari. 

Rasba berharap, pemerintah Kabupaten Indramayu membantu petani miskin seperti dirinya yang terilit utang namun tetap ingin berproduksi. Bantuan tidak hanya berupa hibah, atau pinjaman lunak tanpa bunga, melainkan memberi bibit tanaman padi, penyediaan lahan garapan, dan juga penyuluhan teknologi pertanian.

"Tidak ada bantuan yang datang. Kami dibiarkan berjuang sendiri menghadapi kekeringan," tandas Rasba.

Berikut video perjalanan Tim Kompas.com memotret perjuangan Rasba:

Kompas Video Rasba, Kini Petambak Garam Indramayu


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com