Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Puisi Kemerdekaan Gus Mus yang Dibacakan Deddy Mizwar

Kompas.com - 18/08/2015, 04:15 WIB
Kontributor Bandung, Rio Kuswandi

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mendapatkan pesan singkat berisi puisi kemerdekaan dari tokoh Nahdlatul Ulama, KH Mustofa Bisri. Deddy membacakan isi puisi tersebut di hadapan para wartawan di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Bandung, Jawa Barat, Senin, (17/8/2015).

"Judulnya 'Rasanya'. Puisi Kemerdekaan," kata Deddy Mizwar, Senin, (17/8/2015).

Begini puisi yang diterima Deddy:

Rasanya

Rasanya...... Baru kemarin Bung Karno dan Bung Hatta atas nama kita menyiarkan dengan seksama Kemerdekaan kita di hadapan dunia.

Rasanya....... Baru kemarin, padahal sudah tujuh puluh tahun lamanya.

Pelaku-pelaku sejarah yang nista dan mulia Sudah banyak yang tiada. Penerus-penerusnya sudah banyak yang berkuasa atau berusaha. Tokoh-tokoh pujaan maupun cercaan bangsa sudah banyak yang turun tahta. Rasanya.... Baru kemarin, padahal sudah lebih setengah abad lamanya.

Petinggi-petinggi yang dulu suka korupsi Sudah banyak yang meneriakkan reformasi.

Tanpa merasa risi, Rasanya baru kemarin rakyat yang selama ini terdaulat sudah semakin pintar mendaulat. Pejabat yang tak kunjung merakyat pun terus dihujat dan dilaknat. Rasanya baru kemarin. Padahal sudah tujuh puluh tahun lamanya. Pembangunan jiwa masih tak kunjung tersentuh. Padahal pembangunan badan yang kemarin dibangga-banggakan sudah mulai runtuh. Daging yang selama ini terus dimanjakan kini sudah mulai kalap mengerikan. Ruh dan jiwa sudah semakin tak ada harganya. Masyarakat yang kemarin diam-diam menyaksikan para penguasa berlaku sewenang-wenang kini sudah pandai menirukan. Rasanya... Baru kemarin. Padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka.

Pahlawan-pahlawan idola bangsa, seperti Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, dan Sisingamangraja sudah dikalahkan oleh Sinchan, Baja Hitam dan Kura-kura Ninja dan artis idola. Rasanya Baru kemarin. Tokoh-tokoh angkatan empatlima sudah banyak yang koma. Tokoh-tokoh angkatan enamenam sudah banyak yang terbenam. Tokoh-tokoh angkatan selanjutnya sudah banyak yang tak jelas maunya. Rasanya... Baru kemarin. Negeri zamrud khatulistiwaku yang manis. Sudah terbakar nyaris habis. Dilalap krisis dan anarkis. Mereka yang kemarin menikmati pembangunan sudah banyak yang bersembunyi meninggalkan beban. Mereka yang kemarin mencuri kekayaan negeri sudah meninggalkan utang dan lari mencari selamat sendiri. Mereka yang kemarin sudah terbiasa mendapat kemudahan banyak yang tak rela sendiri kesulitan. Rasanya baru kemarin. Ternyata sudah tujuh puluh tahun kita Merdeka. Ingin rasanya aku sekali menguak angkasa dengan pekik yang lebih perkasa: Merdeka!!!!!

Ajakan optimis

Deddy membacakan puisi tersebut begitu lantang. Deddy mengepalkan tangan dan meninjukannya ke atas saat berkata "Merdeka".

Deddy mengatakan, isi puisi tersebut sangatlah bagus untuk membakar semangat perjuangan bangsa ini di usia kemerdekaan yang ke-70 ini. Menurut dia, puisi ini mengajak generasi muda untuk terus optimis membangun bangsa.

"Kita lihat retrospeksi. Ada perjalanan yang sudah begitu banyak, sekarang kita harus melihat lebih jauh ke depan. Sebenernya sudah kuat bangsa kita, tinggal bersama-sama melangkah lebih baik lagi. Zaman sekarang lebih baik dari tahun '45, segalanya lebih mudah. Jadi tidak ada alasan kita untuk pesimis untuk memajukan negeri ini," ujar Deddy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com