Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Diguyur Abu Vulkanik, Petani Tembakau Terancam Rugi

Kompas.com - 31/07/2015, 19:33 WIB
Kontributor Jember, Ahmad Winarno

Penulis

JEMBER, KOMPAS.com - Abu vulkanik yang keluar dari Gunung Raung berdampak pada merosotnya kualitas tanaman tembakau milik petani di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Salah satu petani tembakau, Ashari, mengaku kesulitan membersihkan abu vulkanik yang berada di atas daun tembakau.

“Sulit sekali membersihkannya, kami membersihkannya dengan cara manual, dengan menggunakan tangan,” keluhnya, Jumat (31/7/2015).

Apalagi, lanjut dia, tanaman tembakau milik petani rata- rata sudah mulai besar, sehingga daunnya sudah cukup banyak.

“Ya, jadinya hitam semua daunnya, kalau tidak dibersihkan kami khawatir rusak,” katanya.

Petani lainnya, Muqit, mengaku harus mengeluarkan biaya tambahan untuk tenaga kerja membersihkan daun tembakau dari kotoran debu vulkanik.

“Mau tidak mau saya harus cari tenaga tambahan untuk membersihkan daun dari debu. Otomatis saya harus nambah untuk ongkos tenaga kerjanya,” katanya.

Dia kawatir, jika daun tembakau tersebut tidak dibersihkan maka akan berdampak pada kualitasnya.

“Kami khawatir harganya akan anjlok, sementara biayanya sangat besar,” ungkapnya.

18 Kecamatan

Wakil Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia Jawa Timur, Hendro Handoko, mengatakan, berdasarkan pantauannya di lapangan, tanaman tembakau milik petani di 18 kecamatan di Jember terkena debuk vulkanik Gunung Raung.

“Yang parah tanamannya yang ada di dekat Gunung Raung, seperti di Kecamatan Sumberjambe, Ledokombo, Silo, Mayang, Kalisat, Pakusari, Sukowono, dan Jelbuk,” ungkap Hendro.

Hendro menambahkan, akibat debu vulkanik Gunung Raung tersebut, daun tembakau milik petani warnanya berubah menjadi hitam pekat.

“Daun tembakau itu kan ada bulu tipis- tipis, sehingga debu itu tidak bisa jatuh langsung, dan melekat di daunnya. Sehingga otomatis menjadi hitam,” terangnya.

Padahal, ada beberapa tembakau milik petani saat ini masih dalam proses pertumbuhan.

“Jadi sudah bisa dipastikan debu itu berdampak pada kualitas daun tembakau, serta pertumbuhannya,” katanya.

Hendro memastikan, saat ini petani akan mengalami kerugian yang cukup besar karena kualitas daun tembakau akan berubah warnanya.

“Mau untung gimana, sekarang saja sudah kelihatan kalau kita akan rugi. Memang prediksinya harga daun tembakau akan bagus, tetapi masalahnya kualitasnya tidak bisa dipenuhi oleh petani,” keluh Hendro.

Saat ini, menurut Hendro, petani terus berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan tanaman tembakaunya.

“Ya, kita bersihkan secara pelan- pelan, karena tidak bisa disiram dengan air,” jelasnya.

Untuk itu, Hendro berharap kepada pemerintah daerah untuk segera mengambil langkah strategis terkait persoalan tersebut.

“Selama ini kita tidak pernah disambangi oleh pemerintah, mbok ya turun lah, berikan petani sosialisasi akan bahaya debu vulkanik itu,” harapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com