“Sulit sekali membersihkannya, kami membersihkannya dengan cara manual, dengan menggunakan tangan,” keluhnya, Jumat (31/7/2015).
Apalagi, lanjut dia, tanaman tembakau milik petani rata- rata sudah mulai besar, sehingga daunnya sudah cukup banyak.
“Ya, jadinya hitam semua daunnya, kalau tidak dibersihkan kami khawatir rusak,” katanya.
Petani lainnya, Muqit, mengaku harus mengeluarkan biaya tambahan untuk tenaga kerja membersihkan daun tembakau dari kotoran debu vulkanik.
“Mau tidak mau saya harus cari tenaga tambahan untuk membersihkan daun dari debu. Otomatis saya harus nambah untuk ongkos tenaga kerjanya,” katanya.
Dia kawatir, jika daun tembakau tersebut tidak dibersihkan maka akan berdampak pada kualitasnya.
“Kami khawatir harganya akan anjlok, sementara biayanya sangat besar,” ungkapnya.
18 Kecamatan
Wakil Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia Jawa Timur, Hendro Handoko, mengatakan, berdasarkan pantauannya di lapangan, tanaman tembakau milik petani di 18 kecamatan di Jember terkena debuk vulkanik Gunung Raung.
“Yang parah tanamannya yang ada di dekat Gunung Raung, seperti di Kecamatan Sumberjambe, Ledokombo, Silo, Mayang, Kalisat, Pakusari, Sukowono, dan Jelbuk,” ungkap Hendro.
Hendro menambahkan, akibat debu vulkanik Gunung Raung tersebut, daun tembakau milik petani warnanya berubah menjadi hitam pekat.
“Daun tembakau itu kan ada bulu tipis- tipis, sehingga debu itu tidak bisa jatuh langsung, dan melekat di daunnya. Sehingga otomatis menjadi hitam,” terangnya.
Padahal, ada beberapa tembakau milik petani saat ini masih dalam proses pertumbuhan.
“Jadi sudah bisa dipastikan debu itu berdampak pada kualitas daun tembakau, serta pertumbuhannya,” katanya.