Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Madiun: Gaet Investor, Peduli UMKM

Kompas.com - 20/07/2015, 15:00 WIB

Oleh Runik Sri Astuti

Dengan luas wilayah hanya 33,23 kilometer persegi, Kota Madiun, Jawa Timur, minim sumber daya alam. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara merata. Sektor jasa dan perdagangan pun dipilih sebagai tuas pemutar roda ekonomi untuk menerobos jalan menuju kesejahteraan dan memanusiawikan warga.

Sudarni (35) berjalan mendorong gerobak dagangan di selatan alun-alun Kota Madiun, Selasa (30/6) sore. Setelah mengerahkan seluruh daya dan upaya, akhirnya gerobak berukuran 50 sentimeter x 1 meter itu terangkat ke atas trotoar pemisah antara jalan dan alun-alun.

Bergegas dia membongkar isi gerobak dan memasang terpal pelindung. Tangannya cekatan menata dagangan berupa batagor dan siomai khas Bandung. Tak terasa, waktu bergulir cepat hingga beduk maghrib hampir berkumandang. Sejumlah pelanggan pun mulai berdatangan menghampiri.

"Dengan jualan di sini, saya bisa mencukupi kebutuhan harian keluarga. Dengan hanya berbekal ijazah sekolah menengah pertama, sulit untuk mendapat pekerjaan yang layak," ujar ibu dua anak yang berpenghasilan kotor Rp 150.000-Rp 200.000 per hari ini.

Di belakang gerobak jualan Sudarni, sekelompok remaja usia belasan tahun duduk di atas terpal plastik yang terbentang di hamparan rumput di alun-alun. Tempat anak-anak muda berceloteh ria memadu canda dan tawa itu hanya tersekat oleh pagar besi. Pagar itu sekaligus menjadi pemisah dengan trotoar.

Alun-alun Kota Madiun adalah etalase yang menampilkan wajah kota yang dibelah oleh Sungai Bengawan Madiun. Di tempat inilah, aneka kegiatan masyarakat berpusat, termasuk kegiatan bisnis yang dilakukan pedagang kaki lima. Mereka menjajakan aneka makanan olahan, seperti pisang goreng, nasi bungkus, soto, rawon, pecel, juga mainan anak-anak hingga VCD.

Kadang kala, alun-alun menjadi ruang pamer aneka produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), mulai dari sambal pecel, konfeksi, hingga kerajinan tangan seperti tudung saji, hiasan tutup gelas, dan stoples kue. Apabila beruntung, pengunjung juga bisa mendapatkan produk batik khas Madiun.

Selain aktivitas ekonomi, alun-alun juga menjadi pusat interaksi warga dalam membangun relasi sosial dengan sesama. Sejumlah fasilitas, seperti ruang terbuka hijau, tempat bermain anak-anak, dan tempat pertunjukan berkapasitas terbatas menjadi ajang interaksi warga yang berbeda latar belakang ekonomi, pendidikan, dan budaya.

Kendati tidak serapi dan secantik Taman Bungkul di Surabaya, Wali Kota Madiun Bambang Irianto tak merasa risi dengan kondisi alun-alun yang semrawut. Alasannya, pemerintah tak tega mengusir pedagang kaki lima karena mereka telah menghidupkan denyut ekonomi kelas menengah bawah.

"Tanpa sumber daya alam, sektor ekonomi yang tepat dikembangkan adalah sektor jasa, perdagangan, dan UMKM. Dan dengan wilayah yang terdiri dari tiga kecamatan, industri manufaktur kami hindari karena, selain memakan tempat, juga dampak lingkungannya mengganggu warga," ujar Bambang yang berlatar belakang pengusaha.

Hingga akhir Desember 2014, tercatat 23.014 unit UMKM di Kota Madiun. Jumlah pelaku usaha ini bertumbuh seiring meningkatnya indikator ekonomi makro, seperti naiknya pertumbuhan ekonomi dan kondusifnya iklim investasi.

Sebagai gambaran, pada tahun 2009 nilai investasi yang masuk ke Kota Madiun hanya Rp 271,5 miliar. Kini, nilai investasi telah menjadi Rp 1 triliun atau naik 400 persen. Investor yang masuk bergerak di bidang jasa dan perdagangan, seperti bisnis hotel atau pusat perbelanjaan modern.

Tenant terkemuka di bisnis ritel modern di Tanah Air, seperti Matahari, Giant, Carrefour, dan Hypermart, pun telah hadir meneguhkan Kota Madiun sebagai magnet perdagangan di Jawa Timur bagian barat. Menggeliatnya sektor perdagangan tersebut diikuti oleh menjamurnya industri jasa yang ditandai dengan kehadiran sejumlah hotel, seperti Aston, Amaris, dan Suncity.

Kehadiran hotel-hotel tersebut tidak hanya melengkapi layanan 30 hotel yang hadir sebelumnya. Semaraknya industri perhotelan membuka peluang tumbuhnya usaha di bidang MICE (meeting, incentive, convention, exhibition).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com