Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ridwan Kamil Ingin Stadion GBLA Dipakai di Piala Indonesia Satu

Kompas.com - 07/07/2015, 16:42 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com – Persib Bandung menjadi salah satu klub yang ditunjuk untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan turnamen Piala Indonesia Satu, September mendatang. Selain Persib, sejumlah klub dikabarkan akan menjadi tuan rumah, di antaranya Arema Malang dan Bali United.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil berharap, Persib kembali menjuarai Piala Indonesia Satu ini. Walaupun diakui Emil, -demikian dia biasa disapa, formasi yang ada sekarang berbeda dengan formasi November 2014 lalu.

“Tapi kalau bermain di rumah sendiri, ada emosi bobotoh. Insya Allah juara,” ucap Emil kepada wartawan di Balai Kota Bandung, Selasa (7/7/2015).

Emil mengungkapkan, untuk lokasi pertandingan dia akan mengupayakan penggunaan Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) di Gedebage Kota Bandung. Apalagi berdasarkan hasil kajian empat tim ahli dari Puslitbang PU Bidang Bangunan, arsitek, ahli struktur Institut Teknologi Bandung (ITB), dan ahli struktur Universitas Padjadjaran (Unpad), GBLA dinyatakan aman dan tidak membahayakan.

Namun, karena saat ini Stadion GBLA tengah menjadi objek pemeriksaan oleh Bareskrim, maka Emil akan secepatnya menyampaikan hasil kajian tim ahli tersebut. Setelah hasil kajian tim ahli dipelajari, Emil akan mengajukan permohonan agar Stadion GBLA diperkenankan untuk digunakan dalam turnamen itu. 

“Kalau bisa, kita bersyukur. Tapi kalau masih dibutuhkan Bareskrim, kami akan menghormatinya dan tidak akan memaksakan,” imbuh dia.

Diberitakan sebelumnya, karena sudah dinyatakan aman, Stadion GBLA bisa digunakan untuk PON 2016. Selain itu, akses menuju stadion tersebut diperkirakan rampung sesuai rencana. Jumat ini, Pemkot Bandung akan melakukan groundbreaking interchange KM 149, akses utama ke Stadion GBLA.

Sedangkan, kasus korupsi pembangunan GBLA masih ditangani Bareskrim Polri. Dugaan korupsi ini bermula dari penurunan sebagian bangunan yang bervariasi antara 45-75 cm. Kondisi ini mengakibatkan keretakan. Ada dugaan hal itu terjadi karena penyimpangan dalam pembangunan. Ada dugaan penyimpangan pada tahap perencanaan sampai tahap penerimaan hasil pekerjaan yang diduga merugikan Negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com