Mengubah kotoran sapi menjadi berkah merupakan impian bagi puluhan kepala keluarga yang tinggal di kawasan tersebut. "Kami awalnya kerap malu dan bingung dengan banyaknya kotoran sapi di tempat kami ini, maklum kebanyakan penduduk di sini adalah peternak sapi, kalau ada tamu datang kami malu banyak kotoran sapi," lanjut Subario.
Subario mengisahkan, sekitar lima tahun lalu, di tengah kekhawatiran masyarakat dengan banyaknya kotoran sapi di kampung mereka, maka datanglah ajuan pembuatan biogas dengan memanfaatkan kotoran sapi. "Programnya dari APBN, difasilitasi oleh Dinas Peternakan," jelas Subario.
Terdapat 16 rumah tangga mendapatkan bantuan pengelolaan kotoran sapi menjadi biogas, program ini diluncurkan di daerah tersebut mengingat banyaknya sapi di kawasan itu. "Terdapat lebih dari 100 ekor sapi di sini," kata Subario.
Sejak bergulirnya bantuan tersebut hingga kini, warga di kawasan ini kata Subario tak lagi bergantung pada gas elpiji dan kayu bakar. "Biasanya warga menggunakan kayu bakar atau elpiji, sekarang tak pernah lagi, cukup dengan biogas," ungkap Subario sambil menghidupkan kompor gasnya.
Selain dimanfaatkan untuk menyalakan kompor, biogas juga dimanfaatkan untuk lampu penerang yang digunakan saat aliran PLN mati. Energi ini mampu membuat lampu bertahan hingga beberapa jam.
Cara kerja
Subario mengajak ke belakang rumahnya untuk memperlihatkan peralatan yang ia miliki. Terdapat satu fiber berukuran besar, diapit dua bak semen berukurang 0,5 meter X 1 meter. S tu bak digunakan untuk memasukkan kotoran sapi ke dalam fiber sembari di siram air, dan kotak semen terakhir merupakan tempat pembuangan saat kotoran sapi telah digunakan.
Sementara fiber berguna untuk mengendapkan kotoran sapi menjadi gas. "Kotoran sapi yang biasa menumpuk setiap pagi di kandang, dibuat bak penampungan yang posisinya lebih rendah dari kandang sapi. Jadi, pagi hari saya tinggal semprot saja selang air ke lantai kandang sapi, kotoran pun berpindah ke bak penampungan," kata dia.
Untuk satu gerobak sorong kotoran sapi dibutuhkan sekitar 100 liter air, setelah ditampung di bak penampungan kotoran tersebut diaduk menggunakan kayu dan didiamkan sekitar dua jam. Setelah itu, kotoran sapi akan berpindah ke tabung fiber dan menjadi gas. Gas pun dipakai untuk menyalakan api di kompor.
"Selama satu bulan membutuhkan 500 kilogram kotoran sapi, bayangkan ada 16 alat biogas di sini artinya membutuhkan delapan ton kotoran sapi, jadi wajar kotoran sapi sekarang sulit dicari di daerah sini," kata Subario tertawa.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.