Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Pagar Alam: Atung Bungsu Pembuka Pintu...

Kompas.com - 15/06/2015, 15:00 WIB

Pembangunan bandara pun menemui sejumlah tantangan, salah satunya mencari lokasi yang datar, karena hampir seluruh Pagar Alam berbukit-bukit. Satu-satunya lahan yang memadai berada di Kecamatan Atung Bungsu di perbatasan dengan Kabupaten Lahat, yang jauh dari pusat kota. Sayangnya, pembangunan ini harus ternoda dugaan korupsi pada pembuatan analisis dampak lingkungan (amdal) tahun 2007.

Dengan biaya penerbangan yang masih disubsidi pemerintah pusat dan provinsi, biaya operasional bandara ditanggung Pemkot Pagar Alam. Saat ini, bandara itu tak hanya dimanfaatkan untuk Pagar Alam, tetapi juga kabupaten di sekitarnya, seperti Lahat dan Empatlawang.

Selama ini, terbatasnya akses membuat kunjungan wisata Pagar Alam masih rendah. Tahun 2012, baru tercatat 202.000 kunjungan ke sana, meningkat menjadi 225.000 orang tahun 2013 dan sekitar 250.000 orang pada 2014. Padahal, kota berhawa sejuk yang sekitar 60 persennya merupakan kawasan hutan lindung itu mempunyai potensi yang begitu besar untuk menjadi lokasi wisata unggulan. Bentang alamnya yang berlatar Gunung Dempo sangat berpotensi untuk wisata berbasis alam dan pertanian, mulai dari mendaki gunung, trekking, hingga sekadar jalan-jalan di kebun teh. Pagar Alam juga mempunyai kekayaan budaya yang luar biasa.

Situs megalitikum bisa dijangkau dengan mudah dari pusat kota. Kerajinan akar pohon teh, jenis tarian, hingga beragam produk kopi unggulan pun menambah pesona kota dengan jumlah penduduk lebih kurang 157.000 orang berdasar jumlah kartu tanda penduduk (KTP) elektronik itu.

Lestarikan alam

Ida mengatakan, menghidupkan pariwisata juga mempunyai tujuan yang lebih besar daripada sekadar materi, yaitu melestarikan alam Pagar Alam yang sebagian besar adalah hutan lindung. "Kalau hanya terus-terusan mengandalkan pertanian, dikhawatirkan akan mengancam kelestarian alam. Kebutuhan lahan akan terus meningkat dengan bertambahnya penduduk," katanya lagi.

Oleh sebab itu, generasi muda menjadi sasaran untuk pelaku wisata Pagar Alam. Ida mengakui, tak mudah mengubah pola pikir masyarakat dari kultur petani menjadi kultur wisata. Namun hal ini terus diupayakan. Salah satunya melalui pendirian sekolah kejuruan yang berkaitan dengan akomodasi wisata dan tata boga.

Untuk menyediakan kebutuhan hotel yang memadai, Pemkot Pagar Alam juga membangun hotel dan vila tepat di tepi hamparan teh di hadapan Gunung Dempo. Lokasi ini menyajikan pemandangan yang demikian memesona.

Upaya menambah rute penerbangan Pagar Alam ke Jakarta pergi-pulang terus dilakukan pula. Diharapkan, tahun 2015 rute itu terwujud, sehingga Pagar Alam yang menjadi daerah otonom pada 21 Juni 2001 kini semarak.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Juni 2015, di halaman 22 dengan judul "Atung Bungsu Pembuka Pintu...".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com