Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Kos Elite Dirazia, Wanita-wanita Muda Ini Mengaku Simpanan Pejabat

Kompas.com - 10/06/2015, 12:39 WIB
MAKASSAR, KOMPAS.com — Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Selatan, Selasa (9/6/2015), menjaring 37 penghuni rumah kos elite di empat lokasi di pusat Kota Makassar.

Razia digelar di sejumlah rumah kos elite di Jalan Sungai Saddang Lama, Jalan Ja'jala, Jalan AP Pettarani (Kompleks IDI), dan Jalan Sulawesi, kawasan pelabuhan. Ke-37 penghuni rumah kos, yang terdiri dari 22 wanita dan 15 pria, dinyatakan positif mengonsumsi narkotika dan obat terlarang.

Mereka yang terjaring berusia antara 19 hingga 32 tahun. Profesi mereka yaitu karyawan, pramuwisma di hotel berbintang, mahasiswi, dan ibu rumah tangga.

Kepala Bidang Rehabilitasi BNNP Sulsel Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Sudaryanto mengungkapkan, keberadaan rumah kos elite menjadi target peredaran narkoba, khususnya jenis sabu.

"Polanya sama, mereka pemakai (pecandu) dan tak menutup kemungkinan mereka pengedar dan bandar," kata Sudaryanto seusai operasi di Kompleks IDI, Jalan AP Pettarani, Rappocini, Makassar, kemarin sore.

Operasi ini hanya berselang sehari setelah BNN serta Satuan Intelkam dan Reserse Polsekta Panakkukang menangkap Muh Akbar AG (27), putra sulung Guru Besar Ekonomi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Prof Dr Achmad Gani MS, di Jalan Sungai Saddang Baru, Minggu (7/6/2015) lalu.

Mengaku mahasiswi
Operasi gabungan BNN di rumah kos elite terbilang baru pertama kali digelar di kota ini. Dari sejumlah rumah kos yang dirazia sepanjang akhir pekan lalu, kebanyakan penghuninya adalah wanita berusia antara 20 hingga 32 tahun. 

Saat penggerebekan di Jalan AP Pettarani, misalnya, dari 10 kamar, ada empat kamar dihuni wanita yang mengaku mahasiswi. Saat ditanya oleh seorang wanita staf BNN, si mahasiswi terlihat kelabakan menyebutkan nama kampusnya.

"Ya, pokoknya mahasiswi, Bu," jawab wanita berusia 20-an tahun, yang bersama tiga rekannya mengaku berasal dari Kota Bone.

Seusai uji sampel urine, ketiga wanita itu negatif narkoba. Di rumah kos ini, hanya empat orang yang positif narkoba. Namun, staf BNN tetap curiga. Sebab, mahasiswi mana yang mampu membayar biaya indekos hingga Rp 1,85 juta per bulan. Apalagi di dalam kamar mereka terlihat banyak koleksi handy bag mewah, sepatu high hells, serta pakaian bermerek. Mereka juga memakai smartphone terbaru yang tentu harganya tidak murah.

"Yang bikin kita curiga, sebab mesti mengaku mahasiswi, tapi di dalam kamarnya tak ada buku, atau diktat kuliah. Kita lebih banyak (lihat) alat kosmetik, parfum, koleksi tas, dan tas belanjaan pakaian bermerek, serta gelas minuman dan makanan dari kafe ternama," kata seorang polisi wanita yang menggeledah.

"Ngakulah, Dek, mahasiswi betulan atau apa?" tanya si bintara polwan yang didampingi POM dari Kowad TNI AD itu.

"Iya deh, Bu. Kami ini simpanan, dibiayai pejabat," kata seorang wanita muda dengan berbisik.

Saat razia di lima rumah kos berbeda, polisi bahkan menemukan sejumlah benda yang terkait narkotika. Di tempat sampah ditemukan plastik bekas sabu dan pipet pengisap. Bahkan, di salah satu kamar wanita muda di Jalan Sulawesi, di dalam tasnya ditemukan belasan kondom yang belum terpakai.

Di rumah kos ini, setiap kamar ada layar CCTV yang terhubung dengan gang-gang kamar. Semua penghuni yang masuk akan terdeteksi. "Kalau tak dikenal, kita tak mau buka," kata seorang wanita berusia 24 tahun itu yang mengaku bekerja di hotel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com