Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pagi Ini, Gibran dan Selvi Jalani Prosesi Siraman

Kompas.com - 10/06/2015, 08:26 WIB
Sabrina Asril

Penulis


SOLO, KOMPAS.com — Putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka (28), dan calon istrinya, Selvi Ananda (26), akan menjalani prosesi siraman. Prosesi siraman akan dilakukan di kediaman masing-masing di kawasan Sumber, Solo, Rabu (10/6/2015) pagi.

Berdasarkan agenda yang diterima wartawan, siraman di rumah Selvi akan dimulai dengan pemasangan bleketepe (janur) oleh orangtua calon mempelai wanita. Selanjutnya, acara siraman akan dilakukan pada pukul 09.45 WIB. Sementara itu, siraman di kediaman Gibran yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah Selvi akan dilakukan lebih dulu, yakni pukul 09.00 WIB.

Prosesi siraman ini dilakukan untuk menjernihkan pikiran para calon pengantin sebelum menjajaki tahap kehidupan berikutnya.

Budayawan asal Solo, Mufti Rahardjo, mengatakan, siraman selalu dilakukan dengan khidmat dan terkadang diiringi dengan lantunan tembang macapat yang mengharukan. Macapat itu berisi doa hingga nasihat baik untuk calon pengantin yang dilantunkan oleh seorang penembang.

"Siraman juga dilakukan oleh orangtua atau para pini sepuh. Yang menjadi subyek adalah calon pengantinnya. Pada saat siraman dilakukan, pasti ada gemuruh doa dari keluarga yang hadir kepada calon pengantin," kata Mufti saat dijumpai di Solo, Selasa (9/6/2015) malam.

Mufti menjelaskan, siraman memiliki makna untuk membersihkan fisik dan batin seorang calon pengantin untuk memasuki bahtera kehidupan yang lebih tinggi.

"Terselip makna agar calon pengantin memiliki kesucian dan kejernihan," ujar dia.

Oleh karena itu, acara siraman akan diwarnai dengan dekorasi janur yang merupakan simbol cahaya suci dari Tuhan Yang Maha Esa yang mengiringi langkah calon pengantin. Untuk mempelai wanita, setelah siraman dilakukan, akan ada proses Sadewan Dawet (menjual dawet). Makna dari cendol yang berbentuk bundar merupakan lambang kebulatan kehendak orangtua untuk menjodohkan anak.

Orang yang akan membeli dawet tersebut harus membayar dengan kreweng (pecahan genting), bukan dengan uang. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia berasal dari bumi. Yang melayani pembeli adalah ibu, sedangkan yang menerima pembayaran adalah bapak. Hal ini mengajarkan kepada anak mereka yang akan menikah tentang bagaimana mencari nafkah sebagai suami istri, harus saling membantu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com