Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Matematika dengan Tempe, Apem, dan Slondok Renteng

Kompas.com - 07/06/2015, 19:05 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

"Kan menjadi mudah memahaminya, misalnya ada empat jadah tempe kalau dibagi dua orang per orang mendapat dua jadah. Mereka yang membagikan sendiri," ujar dia.

Tempat belajarnya pun tidak di kelas. Para siswa bersama lima mahasiswa ini menggunakan alam yakni pinggiran sungai Boyong sebagai lokasi belajar. Selain kondisinya yang alami di lokasi itulah setiap hari para siswa bermain sembari menunggu orang tuanya menambang material Merapi.

"Ini (Sungai Boyong) tempat sehari-hari mereka bermain. Orang tua mereka juga bekerja di sini, jadi selain lebih alami dan tidak formal, ada sisa material seperti batu yang bisa digunakan untuk media pembelajaran," terang dia.

Selain itu, tujuan dari belajar di alam adalah mengenalkan pemahaman bagaimana sejak dini mencintai sungai dan lingkungan mereka. Sehingga, mereka nantinya tidak membuang sampah sembarangan serta merawat dan melestarikan alam lereng Merapi.

"Perkembanganya kita catat dan diserahkan ke kepala sekolah. Jadi selalu ada ujian dari setiap materi. Hasilnya memuaskan, pemahaman dan nilai mereka meningkat," tuturnya.

Edukasi orang tua

Tak hanya siswa, para mahasiswa ini juga memberikan edukasi kepada para orang tua agar memberikan waktu setidaknya satu jam untuk mendampingi anak-anaknya belajar. Sehingga, ketika anak kebingungan dalam pelajaran bisa ada tempat untuk mengadu.

"Sebelumnya orang tua di sini sibuk menambang, tidak ada waktu untuk anak-anak mereka. Kita sudah berdialog dan sepakat berikan waktu satu jam untuk anak," ujarnya.

Sementara itu, Maya Desiana salah satu dosen Universitas Sanata Dharma yang mendampingi kegiatan ini menuturkan, apa yang dilakukan oleh lima mahasiswa murni dari niat mereka. Program serta capaiannya mereka sendiri yang membuatnya.

"Ini kepedulian mereka sebagai mahasiswa. Kegiatan ini juga mereka ajukan ke Dikti melalui Program kreativitas mahasiswa pengabdian masyarakat," ucapnya.

Dalam satu sesi pertemuan, lanjutnya mereka belajar kurang lebih selama 25 menit. Namun jika masih ada yang belum paham tentang materi yang diberikan, waktunya bisa fleksibel.

"Tidak formal, ya seperti bermain, tapi yang terpenting anak-anak tahu pemahamanya serta mengerti. Nantinya setelah belajar di sini, malamnya bisa dipraktikan lagi dengan ditemani orang tua," tutur dia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com