Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Punya 18 Buyut, Mbah Umi Rajut Baju dan Topi di Pinggir Jalan

Kompas.com - 26/05/2015, 10:44 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com — Umi Kalsum, nenek berusia 75 tahun, memilih merajut benang dan membuat topi, syal, atau baju pada usia senjanya. Hasil karya perempuan yang memiliki 18 buyut tersebut dijual dan disampirkan di halaman rumah yang menghadap langsung ke jalan raya di Kelurahan Lateng, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi.

Kepada Kompas.com, Selasa (26/5/2015), Mbah Umi bercerita, aktivitas tersebut dia lakukan pada dua tahun terakhir sejak dia pindah dari Bali ke Banyuwangi, setelah suaminya meninggal dunia.

"Sebelumnya, saya juga merajut di Bali dan banyak turis yang membeli. Daripada di sini saya tidak melakukan apa-apa, ya saya merajut, dan hasilnya saya gantung-gantung seperti ini, dibantu sama anak," kata dia.

Mbah Kalsum mengaku, hasilnya digunakan untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. "Saya tidak ingin membebani keluarga anak saya, jadi lumayan buat bantu-bantu dapur," tutur dia.

Keahlian merajut ia dapatkan dari ibunya sejak masih berusia belasan tahun. Biasanya ia membuat rajutan untuk orang-orang di sekitarnya. "Mungkin sudah 50 tahun lebih saya merajut," ungkap dia.

Mbah Kalsum mulai menggelar lapak dan mulai merajut sekitar pukul 05.00 pagi setelah shalat subuh hingga sekitar pukul 16.00. Dalam usia lanjutnya ini, Umi yang sudah memiliki 26 cucu tersebut masih mampu merajut tanpa menggunakan kacamata. "Saya masih bisa membaca Al Quran tanpa kacamata. Namun ya itu, kakinya tidak bisa diajak berdiri lama-lama," kata dia.

Akibat banyak menghabiskan waktu di pinggir jalan, Umi menggunakan jaket dan membekali diri dengan air minum yang diletakkan di tempat duduknya. Dia berharap, dengan begitu, dia tidak sakit dan masuk angin.

Umi merajut dan menjaga sendiri lapak miliknya hingga sore. Namun, sejak sore hingga malam, lapaknya dijaga oleh cucunya dengan alasan kesehatan. Mbak Kalsum mengatakan, banyak orang mampir untuk membeli dagangannya setelah ia membuka lapak di pinggir jalan. Adapun harga rajutannya antara Rp 35.000 dan Rp 80.000.

"Ada juga yang pesan model dan warna yang berbeda. Harganya sesuai dengan kerumitannya. Biasanya, (rajutan) selesai tiga atau empat hari untuk pesanan," tutur dia.

Dia mengaku akan terus merajut sampai tidak bisa melakukannya lagi. "Walaupun usia sudah sepuh, saya masih pengin bekerja agar tidak bosan," kata dia.

Di luar itu, Mbah Kalsum menambahkan, dia kesulitan dengan modal untuk membeli benang rajut. "Saya sih pengin Pak Bupati kasih modal ke saya buat beli benang," kata dia pelan.

 
 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com