Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eni Kusuma, Mantan TKW yang Beralih Sukses sebagai Penulis dan Aktivis

Kompas.com - 14/05/2015, 22:08 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - "Setiap orang bisa berkarya walaupun dia adalah seorang tenaga keja wanita." Hal itu menjadi prinsip yang diyakini Eni Kusuma, mantan tenaga wanita asal Indonesia di Hongkong. Eni berangkat ke Hongkong pada tahun 2001 dan kembali pada tahun 2007.

Saat bekerja menjadi pembantu rumah tangga di negeri orang, ia berhasil menulis buku motivasi yang berjudul "Anda Luar Biasa", serta buku yang berjudul "Mitra Kerja Tanpa Pamrih" yang ditulisnya bersama dengan Melly Kiong.

"Buku 'Mitra Kerja Tanpa Pamrih' berisi tentang bagaimana cara membina hubungan kerja yang baik antara majikan dan 'Mbak'. Saya menyebutnya sebagai mitra kerja. Saya menulis dari sudut 'Mbak' dan Bu Melly menulis dari sisi majikan," ujar perempuan berkerudung itu, saat ditemui Kompas.com, Kamis (14/5/2015).

Perempuan kelahiran Banyuwangi, 27 Agustus 1977 tersebut mengaku setelah lulus SMA tahun 1995 ia sempat bekerja. Tapi Eni harus berhenti, karena perusahaan tempatnya bekerja gulung tikar.

"Akhirnya saya memutuskan untuk menjadi tenaga kerja di Hongkong. Sempat ditolak oleh agen karena dianggap orang Indonesia bodoh," ucapnya.

Di Hongkong ia bergabung dengan beberapa komunitas tulis menulis dan ikut beberapa pelatihan penulisan untuk para tenaga kerja wanita di Hongkong. "Saat itu saya termotivasi untuk menulis dan bercita cita menulis sebuah novel, bukan buku motivasi," tuturnya.

Tiga tahun pertama bekerja di Hongkong, Eni mengaku tidak mendapatkan cuti sama sekali. Saat itu, anak yang diasuhnya masih kecil, sehingga tidak bisa ditinggal. Pada tahun keempat, majikannya memberikan dia cuti sebulan dua kali. Hal ini pun dimanfaatkan untuk mem-post hasil tulisannya di media sosial dan beberapa milis penulisan.

"Saya masih ingat menulis ide-ide saya menggunakan kertas dan pulpen ketika jam 11 malam. Saat itu lampu kamar harus dimatikan, jadi menulisnya di bawah selimut dengan bantuan cahaya dari handphone," kenangnya sambil tersenyum.

Ia juga sering mencatat ide-ide tulisan ketika sedang mencuci alat makan dan ia selipkan di bawah lemari es agar tidak hilang. "Agar ide tidak menguap saya langsung tulis dan saya taruh di bawah lemari es dan kalau malam baru saya ambil," ujarnya.

Baru saat cuti ia menyalin kembali tulisan tangannya di komputer lalu di-share ke milis. "Kalau pas cuti saya bisa seharian di depan komputer. Saya belum punya laptop sendiri atau komputer pribadi jadi memakai komputer yang ada di tempat tempat umum," tuturnya.

Buku motivasi berjudul "Anda Luar Biasa" diluncurkan saat ada Festival Sastra Buruh pada tahun 2007, setelah ia selesaikan selama 6 bulan.

"Saat itulah saya memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan berbagi motivasi kepada semua orang khususnya rekan rekan tenaga kerja wanita. Saya selalu bilang bahwa tidak selamanya kita menjadi pembantu. Kita harus belajar untuk mengembangkan potensi yang dimiliki," kata dia.

Aktif kembangkan diri

Saat ini Eni Kusuma memilih tinggal bersama Hisyam dan anak tunggalnya yang bernama Natasya Ensa Motivani di rumahnya, Jalan Belitung 21 Kampung Arab Kelurahan Lateng Kabupaten Banyuwangi.

Di rumahnya yang sederhana ia membuka les gratis untuk anak-anak di sekitar rumahnya. Selain itu ia juga menjadi salah satu pengelola di situs perempuanbertutur.org.

"Saya punya prinsip di mana pun kita bisa berkarya dan mampu mengembangkan diri, mau di luar negeri atau di kampung halamannya sendiri."

Ia bercita-cita ingin membuat sebuah usaha yang memperkerjakan ibu-ibu yang ada di sekitar rumahnya. "Saat ini sedang saya rintis membuat sarung tangan memasak," kata dia.

Selain itu dia juga menjalin kerjasama agar bisa berkunjung ke PJTKI untuk mengenalkan "Konsep 1,2,3,4" untuk para tenaga kerja wanita yang akan berangkat keluar negeri.

Ia menilai selama ini hampir sebagian besar pendapatan mereka di luar negeri di transfer ke keluarga dan tidak dikelola secara baik. Sehingga setiap pulang ke tanah air mereka selalu ada alasan untuk kembali mencari 'uang besar'.

"Saya ingin mengenalkan konsep 1,2,3,4 yaitu dari 100 persen penghasilan 10 persen dikirim ke keluarga, 20 persen untuk kebutuhan diri sendiri, 30 persen untuk pengembangan diri seperti mengambil kursus, kuliah lagi atau membeli buku. Sedangkan sisanya 40 persen dari penghasilan ditabung," ujarnya.

Jika pengelolaan keuangan para tenaga kerja wanita bisa dilakukan dengan baik, ia yakin mereka akan berpikir dua tiga kali untuk kembali keluar negeri.

"Tidak selamanya menjadi Mbak, kan? Kita harus terus belajar dan bermanfaat buat orang lain," ujar perempuan yang masih aktif menulis esai, artikel dan beberapa karya sastra di media massa tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com