Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sebelum Bertanding, Marilah Kita Menyanyikan Lagu Ibu Kita Kartini"

Kompas.com - 12/04/2015, 13:37 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Lazimnya pertandingan sepakbola, biasanya diperdengarkan lagu kebangsaan sebelum bertanding. Namun, dalam pertandingan sepak bola antara para gadis model melawan ibu-ibu PKK di Ungaran, Kabupaten Semarang, mereka menyanyikan lagu "Ibu Kita Kartini".

Kedua kelompok beda generasi itu bertemu di lapangan hijau Alun-alun Bung Karno untuk memperebutkan juara dalam pertandingan sepakbola memperingati Hari Kartini yang digagas oleh Bayu Ramli exist Modelling, sebuah agency bakat model yaang berpusat di Bergas, Kabupaten Semarang.

"Marilah sebelum kita memulai pertandingan, kita bersama-sama menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini...," ajak Bayu Ramli, pemilik Bayu Ramli Exist Modelling yang memposisikan diri sebagai wasit pertandingan, Minggu (12/4/2015).

Tim gadis model dengan jersey kebaya merah berhadapan dengan ibu-ibu PKK yang memakai jersey kebaya kuning emas kompak menyanyikan lagu yang didediksikan untuk tokoh emansipasi Indonesia itu.

"Ibu kita Kartini, putri sejati. Putri Indonesia, harum namananya. Ibu kita Kartini, pendekar bangsa. Pendekar kaumnya, untuk merdeka ...," koor kedua anggota tim.

Selepas menyanyikan lagu "Ibu Kita Kartini", seremonial pertandingan dilanjutkan dengan bersalaman antara kedua tim dimulai dari wasit, kemudian foto bersama kedua tim dan diakhiri tos sebelum tendangan pertama menandai pertandingan dimulai.

Apa yang selanjutnya terjadi? Pertandingan berjalan sengit. Para gadis model yang biasa berlenggak-lenggok di atas catwalk kerepotan meladeni kegesitan ibu-ibu PKK. Mereka takluk dari ibu-ibu PKK dengan skor 2 kosong.

Menurut kiper tim Ibu-ibu PKK, Sriyani (40), kegiatan sepak bola ini bermaksud mensyukuri dan mengenang jasa RA Kartini yang telah memperjuangkan emansipasi perempuan Indonesia. "Dengan kegiatan ini kita berharap generasi muda selalu bisa mengenang jasa RA Kartini dan meneruskan cita-citanya. Sebab tanpa Kartini, mungkin wanita Indonesia selamanya hanya menjadi konco wingking laki-laki," ujar Sriyani.

Sementara menurut salah satu pemain dari Bayu Ramli Exist Modelling, Anisya (16), semangat Kartini yang berani mendobrak tradisi puritan masyarakat Jawa kala itu patut dicontoh. "Hebat ya Kartini waktu itu, berani melawan kungkungan feodalisme. Namun, semangat emansipasi ini tidak boleh kebablasan. Kita harus tetap ingat ketimuran kita dan tentunya norma agama," ujar Anisya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com