Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Gubernur Bengkulu, Kehilangan Anak karena Buruknya Layanan RSUD

Kompas.com - 05/04/2015, 12:13 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com - Peringatan Hari Ginjal Sedunia di Bengkulu, Minggu (5/4/2015) mendadak penuh haru. Keharuan muncul saat Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengisahkan kisah pilunya soal buruknya layanan rumah sakit.

Awal pidato, Junaidi menceritakan layanan rumah sakit di daerah itu harus prima dan maksimal dalam melayani para pasien, termasuk pasien yang harus melakukan cuci darah rutin. Kemudian, ia mengisahkan pengalaman pilunya itu.

"Saya pernah mengalami perlakuan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M Yunus yang buruk," kata Junaidi.

Saat belum menjadi gubernur, Junaidi menuturkan, sang istri yang bernama Horniarty hendak melahirkan dan mengalami pendarahan hebat.

"Saat itu saya ingat harinya Jumat, saya mendaftarkan istri saya ke bagian pendaftaraan. Apa kata petugas saat itu, 'Nanti ya, Pak. Pendaftaran belum dibuka, kami mau senam dulu'," kata Gubernur mengisahkan.

Sebagai masyarakat biasa saat itu, Junaidi tak bisa berbuat banyak. Dia hanya menanti pelayanan yang tak kunjung datang selama berjam-jam, sementara pendarahan hebat tak kunjung berhenti.

Beruntung seorang dokter mengenali Junaidi Hamsayah, yang saat itu dikenal sebagai penceramah populer di Bengkulu.

"Berkat dokter kenal, dan dia melihat kondisi istri cukup memprihatinkan, di mana darah kering terlihat jatuh ke lantai, barulah istri saya dirawat," ucap Junaidi.

Akibat situasi dan lain hal, pengobatan istri dipindah ke salah satu rumah sakit swasta terkemuka di Bengkulu. Suratan takdir berkata lain, anak dari kandungan istrinya hanya bertahan selama 24 jam, lalu meninggal dunia.

"Saat itu karena kondisi cukup parah, istri saya pingsan berjam-jam. Anak kami hanya mampu bertahan 24 jam, lalu meninggal dunia," ucap Junaidi.

Dalam peringatan hari ginjal sedunia, Gubernur juga menyatakan pelayanan terhadap pasien cuci darah akan ia tingkatkan, terutama dalam hal kenyamanan dan pelayanan prima.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com