Mutiara air laut mahal karena untuk membudidayakannya, mulai dari pembenihan sampai bisa dipanen, membutuhkan waktu hingga 4 tahun. Dalam satu kerang mutiara pun hanya terdapat 1-2 butir mutiara. Setelah panen pertama, kerang mutiara air laut baru bisa dipanen dua tahun kemudian, hingga 2-3 kali dipanen.
Karena prosesnya yang lama dan membutuhkan teknologi tinggi dalam budidaya kerang mutiara, tidak banyak pembudidaya mutiara di Lombok yang bertahan. Selain karena krisis ekonomi juga karena serbuan mutiara air tawar dari Tiongkok. Dari semula sebanyak 39 pengusaha, kini tinggal 6-8 pengusaha yang masih bertahan di Lombok.
Salah satu usaha budidaya mutiara yang masih bertahan adalah Autore di Teluk Nara, Desa Melaka, Kecamatan Pamenang, Lombok Utara. General Manager Autore Justin Cullen mengatakan, perusahaannya berpusat di Australia. Sekitar 95 persen dari produksi mutiara Autore pun dikirim ke Australia untuk dipasarkan ke sejumlah negara, seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. ”Dalam setahun, panen 170.000-200.000 butir,” katanya.
Selain budidaya mutiara, Autore juga membuka ruang pamer di kantornya di Teluk Nara dan menyediakan paket tur proses budidaya mutiara, dari pembibitan hingga panen.
Justin mengatakan, tur tersebut dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan kepada pengunjung soal proses budidaya mutiara. Meski pengunjung bukan sasaran utama pasar Autore, katanya, dengan tur tersebut pihaknya bisa memberikan pemahaman soal apa itu mutiara dan proses produksinya. ”Bagaimanapun, usaha kami ada di sini,” katanya.
Apa yang dilakukan Autore tersebut, kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB Aminollah, akan diadopsi di RMI. ”Kami akan menggandeng Autore untuk mengadakan hal serupa di RMI. Mereka, kan, punya peralatannya dan juga filmnya. Kami tidak mampu mengadakan sarana edukasi tentang mutiara di RMI karena tidak ada dana. Kami sedang menunggu jawaban dari pihak Autore untuk kerja sama tersebut,” katanya.
Aminollah mengakui, RMI belum maksimal beroperasi. Namun, pihaknya terus berupaya memaksimalkan fungsi RMI, bukan sekadar tempat penjualan mutiara, melainkan yang lebih utama adalah tempat edukasi tentang mutiara. ”Semua pihak punya tanggung jawab untuk mengoptimalkan RMI, bukan hanya pemda, melainkan juga pengusaha,” katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Asisten II Sekretariat Daerah Provinsi NTB L Gita Aryadi mengatakan, RMI bukan sekadar etalase penjualan, melainkan juga merupakan rumah edukasi. Diakui, pihaknya masih terus mencari model strategi pengembangan RMI. ”Butuh tangan-tangan kreatif (untuk hidupkan RMI), kami terbuka masukan dari sejumlah pihak,” katanya.
Memang membangun RMI tidak sekadar membangun gedung. Yang lebih penting adalah bagaimana menghidupkan RMI. Segala upaya harus dilakukan, termasuk gencar promosi, terutama di bandara yang menjadi pintu masuk wisatawan. Jika RMI saja suram karena tak ada aktivitas, bagaimana mau menjaga kilau mutiara lombok. (IKA/REK/ENG/RUL)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.