Ruang utama di lantai satu yang digunakan untuk ruang stan penjualan mutiara tampak bersih. Namun, suasananya tak berbeda dengan hari-hari biasanya. Dari 14 stan penjualan mutiara yang tersedia, saat itu hanya ada satu penjual yang membuka stannya.
Rima Istihara (45) dari Lombok NTB Pearls Gallery mengatakan, dirinya membuka stannya karena diminta. ”Karena mau ada pejabat dari Jakarta. Biasanya saya jarang datang (membuka stan) karena hampir tidak ada pembeli. Sejak dibuka, belum ada mutiara saya yang terjual,” katanya.
Menurut penjaga Rumah Mutiara Indonesia (RMI) tersebut, Mamik Jinemba, setiap hari rata-rata hanya dua stan yang buka. Pembeli pun jarang, bahkan nyaris tidak ada.
Manajer RMI Ismail mengakui, sejak diresmikan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo pada 19 Februari 2014, RMI sepi pengunjung. Hal ini memang membuat pengusaha mutiara enggan membuka stan mereka di RMI meski selama ini belum dipungut uang sewa. Dia juga tidak bisa memaksa mereka tetap membuka stan ketika dalam keseharian hampir tidak ada pengunjung yang datang.
Sejak dibuka, RMI yang berada sekitar 1 kilometer dari Bandar Udara Internasional Lombok tersebut nyaris tak ada aktivitas. Direktur Pengembangan Produk Nonkonsumsi, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan Maman Hermawan menyayangkan kondisi tersebut. Ia datang ke RMI pada Rabu itu untuk rapat membahas pengembangan RMI dengan aparat pemda setempat
Pembangunan RMI, katanya, ada sejarah dan filosofinya. Tidak sekadar membangun gedung untuk memamerkan atau menjual mutiara, tetapi lebih dari itu, yaitu untuk menjaga mutiara lombok pada khususnya dan mutiara di Indonesia pada umumnya.
”South sea pearl di Indonesia ini, kan, terbesar di dunia produksinya, yaitu mencapai 43 persen. Produksi nasional jenis ini sekitar 5,5 ton per tahun, Lombok ini termasuk yang banyak. Tapi faktanya, mutiara dari Tiongkok banyak masuk, belasan ton per tahun. Apa jadinya kalau yang dibeli dari Lombok ini mutiara dari Tiongkok yang sebenarnya bukan mutiara laut, tetapi mutiara air tawar. Karena itu, ada rumah mutiara ini,” katanya.
Karena itu, salah satu fungsi RMI adalah untuk mengedukasi masyarakat agar mengetahui dan bisa membedakan mutiara ”asli” (mutiara air laut) dan mutiara ”aspal, asli tetapi palsu” (mutiara air tawar). Secara sepintas, mutiara air tawar tidak berbeda dengan mutiara air laut. Namun dari segi harga, mutiara air laut jauh lebih mahal dibandingkan dengan mutiara air tawar.
Proses
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.