Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/03/2015, 11:50 WIB

CILACAP, KOMPAS.com — Tren batu akik merambah hampir seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Nusakambangan, pulau yang dikenal sebagai tempat eksekusi bagi para terpidana mati.

Hal itu tampak dari banyaknya pedagang yang menjajakan bebatuan di sekitar gerbang Dermaga Wijaya Pura, akses resmi satu-satunya ke Nusakambangan yang kini ramai lantaran akan dilaksanakan eksekusi tahap kedua terhadap 10 terpidana mati.

Yang menarik di sini adalah bebatuan yang mereka jajakan berasal dari dalam Pulau Nusakambangan.

Suparjo, salah satu perajin batu di Dermaga Wijaya Pura, menuturkan, batu yang dijualnya adalah batu berjenis tumpang asli Pulau Nusakambangan.

"Namanya batu tumpang, kalau dihaluskan nanti akan seperti kulit penyu," ujar Parjo di Dermaga Wijaya Pura, Jumat (13/3/2015).

Memang kontur batu tersebut seperti kulit rumah penyu. Apabila disapukan oleh tangan, bagian permukaan batu yang dihaluskan tersebut akan tampak seperti bergerak.

Menurut dia, batu yang berwarna putih dengan guratan merah di atasnya tersebut diambil dari bongkahan karang yang terdapat pada tebing-tebing di dekat Lapas Batu dan Lapas Terbuka Nusakambangan.

Cara mengambilnya pun tidaklah mudah, batu harus dipahat terlebih dahulu agar terpisah dari bongkahan karang.

"Harus dipahat lantaran menempel pada tebing," tuturnya.

Dikenal penjaga

Menurut Parjo, batu tumpang banyak sekali dijumpai di Pulau Nusakambangan sehingga semenjak tren batu akik menjamur, banyak sekali warga di sekitar Dermaga Wijaya Pura berbondong-bondong ke Nusakambangan.

Dirinya mengaku sangat leluasa masuk ke Nusakambangan dan mengambil bongkahan batu tumpang tersebut. Maklum, dia sudah dianggap bagian dari masyarakat pulau itu.

Penjaga pos keamanan pun, menurut Parjo, sudah hafal dengan dirinya. Oleh karena itu, setiap dia masuk, pemeriksaan yang dilakukan petugas keamanan tidak terlalu ketat.

"Batunya banyak di dalam (Nusakambangan), jadi kalau perlu tinggal menyeberang saja, kalau sekarang sulit karena lagi musimnya eksekusi," ungkapnya.

Banyaknya warga luar kota yang datang ke Nusakambangan menjelang eksekusi dimanfaatkan oleh sebagian perajin dengan mematok harga tinggi untuk batu tumpang yang dihaluskan tersebut.

Harganya mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 350.000. Padahal, harga mentahan batu tersebut hanya Rp 20.000 hingga Rp 50.000, tergantung ukurannya.

Parjo mengatakan, tidak ada pungutan biaya sedikit pun dari pihak keamanan Lapas ketika warga mengambil batu yang berada di Pulau Nusakambangan.

Sebagai timbal balik, biasanya warga memberikan batu hasil olahan secara cuma-cuma kepada pegawai Lapas.

"Tidak ada (pungutan), paling kita kasih batu saja," pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Setahun Tragedi Kanjuruhan dan Perjuangan Mencari Keadilan

Setahun Tragedi Kanjuruhan dan Perjuangan Mencari Keadilan

Regional
Hadiri Fashion Show Istana Berbatik, Gubernur Syamsuar Promosikan Batik Riau Hasil Kreasi Pebatik Daerah

Hadiri Fashion Show Istana Berbatik, Gubernur Syamsuar Promosikan Batik Riau Hasil Kreasi Pebatik Daerah

Regional
Kepala BPBD Riau: Kabut Asap di Riau Berasal dari Karhutla di Sumsel dan Jambi

Kepala BPBD Riau: Kabut Asap di Riau Berasal dari Karhutla di Sumsel dan Jambi

Regional
Pj Gubernur Sulsel Bakal Bangun 100.000 Rumpon untuk Sejahterakan Nelayan

Pj Gubernur Sulsel Bakal Bangun 100.000 Rumpon untuk Sejahterakan Nelayan

Regional
Dorong Pemberdayaan Zakat dan Masyarakat area Malang, Dompet Dhuafa Ciptakan Minuman dari Lidah Buaya

Dorong Pemberdayaan Zakat dan Masyarakat area Malang, Dompet Dhuafa Ciptakan Minuman dari Lidah Buaya

Regional
Hadir di Acara Penutupan Discover North Sulawesi, Puan Terkesan Keramahan Masyarakat Sulut

Hadir di Acara Penutupan Discover North Sulawesi, Puan Terkesan Keramahan Masyarakat Sulut

Regional
Hadiri IGA 2023, Mbak Ita Paparkan 2 Program Inovasi Unggulan Pemkot Semarang

Hadiri IGA 2023, Mbak Ita Paparkan 2 Program Inovasi Unggulan Pemkot Semarang

Regional
Pikirkan Anak-anak Melayu Rempang!

Pikirkan Anak-anak Melayu Rempang!

Regional
Mas Dhito Berharap Kampung Lukis Ruslan Lahirkan Bibit-bibit Pelukis di Kabupaten Kediri

Mas Dhito Berharap Kampung Lukis Ruslan Lahirkan Bibit-bibit Pelukis di Kabupaten Kediri

Regional
Pemkab Kediri Kawal Persiapan Bandara Dhoho, Mulai dari Pembebasan Lahan Jalan hingga Site Development

Pemkab Kediri Kawal Persiapan Bandara Dhoho, Mulai dari Pembebasan Lahan Jalan hingga Site Development

Regional
Terima Kunjungan JKONE, Bupati Jembrana Kenalkan Sentra Tenun

Terima Kunjungan JKONE, Bupati Jembrana Kenalkan Sentra Tenun

Regional
22 Klub Sepak Bola Antarpelajar SMA Rebutkan Piala Bupati HST

22 Klub Sepak Bola Antarpelajar SMA Rebutkan Piala Bupati HST

Regional
Berikan Alat Pemadaman Baru, Mbak Ita Minta Damkar Tingkatkan Pelayanan

Berikan Alat Pemadaman Baru, Mbak Ita Minta Damkar Tingkatkan Pelayanan

Regional
Salurkan Beasiswa Rp 693 Juta untuk Mahasiswa, Syamsuar: SDM Penting Dipersiapkan

Salurkan Beasiswa Rp 693 Juta untuk Mahasiswa, Syamsuar: SDM Penting Dipersiapkan

Regional
DPRKP Banten Ubah 109,42 Hektar Kawasan Kumuh Jadi Perumahan Rakyat Layak Huni

DPRKP Banten Ubah 109,42 Hektar Kawasan Kumuh Jadi Perumahan Rakyat Layak Huni

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com