Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balita yang Coba Dibunuh Ibunya Terus Menyanyi "Cicak di Dinding"

Kompas.com - 10/03/2015, 19:52 WIB
Kontributor Balikpapan, Dani Julius

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Cheri Savana (2) melantun lagu "Cicak di Dinding" sembari terbaring lemah di bangsal kamar VIP di RS Dr R Hardjanto (RS Tentara) di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (10/3/2015). Cheri mau saja meladeni penjenguk yang memintanya bernyanyi. Jarum infus di tangan kanan dan perban yang membelit lehernya tidak menghalangi dirinya menyanyi meski dengan suara lirih.

Mata Cheri penuh minat dan bersahabat pada orang-orang yang datang menengok dirinya, termasuk pada dokter, perawat dan beberapa tentara yang sengaja ingin menjenguk bocah lucu itu. Cheri hanya bisa menyanyi, selebihnya diam saja.

“Cicak-cicak di dinding diam-diam merayap. Datang seekor nyamur, hap! Lalu ditangkap,” lantun Cheri hingga syair lagu anak-anak itu selesai.

“Dia ini memang sangat pintar menyanyi 'Cicak di Dinding' ini,” kata Budhe Idha yang menungguinya sepanjang hari.

Cheri melantunkan lagu itu berulang kali. Bukan cuma mulai bisa menyanyi, setelah lolos dari maut, bocah ini menunjukkan nafsu makan yang cukup besar sepanjang hari.

“Tidak berhenti minum susu dan makanan lunak sejak sadar kemarin,” kata Idha yang juga kakak dari Rudi Irwansyah, ayah Cheri.

Cheri hampir sepenuhnya pulih. Sorot matanya seolah tidak menunjukkan rasa takut dan trauma setelah nyawanya nyaris melayang di tangan Dian Novita Sari, ibunya sendiri. Dian mencoba bunuh anak bungsunya ini di dalam kamar tidur di rumah mereka di RT 31, Kelurahan Sepinggan, Kecamatan Balikpapan Selatan pada Rabu (4/3/2015) lalu. [Baca juga: Bayi dengan Luka Sayat Tembus ke Tenggorokan Tergolek di RST Balikpapan]

Bisikan

Kepada polisi, Dian mengaku mendapat dua kali bisikan saat shalat subuh minggu lalu. Bisikian itu meminta Dian mengorbankan salah satu anaknya untuk menunjukkan bakti. Cheri, anak perempuan paling bungsu, menjadi pilihan. Dian menutup Cheri dengan mukena lalu menyayat leher anak ini dengan parang sepanjang 10 cm. Parang tersebut bahkan menembus tenggorokannya (trakea).

“Saya sendiri tidak tahu kenapa jadi seperti ini. Ibunya gila mungkin,” kata Idha.

Dian lantas bergegas ke rumah orangtuanya di kawasan yang dinamai Martadinata, berjarak 15 km dari rumah tinggal mereka. Dian membawa serta dua anaknya yang lain, sementara Cheri ditinggal begitu saja. Beruntung nyawa Cheri selamat setelah kakak korban, Rudi datang.

“Kakaknya sendiri yang datang menyelamatkan Cheri,” kata Idha.

Ia melarikan Cheri ke RS Tentara. Cheri selamat setelah menerima sedikitnya 25 jahitan.

Polisi menciduk Dian di Martadinata selang satu hari kemudian. Dian menjalani serangkaian pemeriksaan. Keterangan Dian belum juga memuaskan polisi.

Kasat Reskrim Polres Balikpapan Ajun Komisaris Damus Asa mengatakan, Dian masih menjalani serangkaian pemeriksaan, termasuk keterangan beberapa warga sekitar rumah Dian di RT 31. Setekah itu, polisi akan melakukan tes kejiwaan pada Dian.

“Kita akan datangkan psikolog untuk memeriksa kejiwaannya. Jangan sampai alasan-alasan (bisikan gaib) ini malah jadi modus,” kata Damus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com