Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pewarna Alami Ditinggalkan, Perajin Ulos ”Asli” Kian Terpinggirkan

Kompas.com - 23/02/2015, 17:41 WIB

Butuh dukungan

Dari Jawa Barat dilaporkan, perajin batik sukapura di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, kembali mengharapkan dukungan dari pemerintah daerah dalam mengembangkan usaha batik dengan pewarna alami. Selain mampu mengurangi ketergantungan dari bahan pembuatan batik secara kimiawi, batik dengan bahan pewarna organik atau alami itu diyakini ramah lingkungan dan diminati konsumen.

”Batik dengan pewarna organik saat ini makin diminati konsumen. Namun, kami berharap pemerintah daerah mau membantu, baik penambahan ilmu pengolahannya maupun promosi dagangnya,” ujar Enung Nurul Huda, perajin senior batik sukapura di Tasikmalaya, Minggu.

Enung mengatakan, ia bersama perajin batik lainnya mengembangkan batik berbahan alami ini sejak dua tahun lalu. Meski awalnya muncul di tengah tingginya harga bahan pewarna buatan, warna dari daun sirsak, daun mahoni, hingga daun salam itu punya pasar tersendiri.

Menurut Enung, pewarna bahan alami ini lebih hemat biaya hingga 50 persen ketimbang bahan pewarna kimia. Dalam sebulan, ia menghemat hingga Rp Rp 200.000 per potong.

”Dalam sebulan, bisa menjual antara 2-4 kain batik pewarna alami atau dua kali lipat lebih besar ketimbang batik dengan pewarna kimia. Kain batik dengan pewarna alami dijual antara Rp 150.000-Rp 300.000 per potong,” kata Enung.

Akan tetapi, Enung mengatakan, perajin masih membutuhkan pendampingan lebih lanjut. Kain batik dengan pewarnaan alami belum memiliki warna secerah batik berpewarna kimia. Hal itu turut memengaruhi minat konsumen.

Wakil Bupati Tasikmalaya Ade Sugiarto menambahkan, batik sukapura bersama pewarnaan alaminya akan terus dikembangkan. Terakhir, potensinya coba diangkat melalui sayembara desain batik sukapura. ”Kemampuan dan kreativitas ini berpotensi terus menjadi andalan Kabupaten Tasikmalaya,” kata Ade. (GRE/CHE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com