Demi mengantisipasi longsor susulan dari Bukit Gunung Kelir, mereka memasang alat detektor sederhana. Detektor longsor tersebut terbuat dari rangkaian kaleng yang dihubungkan dengan tali. Alat ini dipasang di beberapa titik longsor di kaki Bukit Gunung Kelir yang tepat berada di atas permukiman warga.
Alat ini bekerja layaknya pengusir burung di sawah. Apabila ada pergerakan tanah, secara otomatis kaleng itu akan berbunyi sehingga warga cepat bertindak. "Rekahan sudah ditutup dengan tanah, warga di sekitar lokasi sudah memasang alat sederhana dari susunan kaleng bekas. Jika terjadi gerakan tanah, tali yang diikatkan di lokasi tertentu akan putus dan menghasilan bunyi sebagai penanda," ungkap Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Semarang, Arief Budianto, Jumat (20/1/2015).
Data yang dihimpun di Desa dan Kecamatan Banyubiru, ungkap Arief, rekahan tanah di kaki bukit Gunung Kelir saat ini panjangnya sekitar 15 meter. Delapan meter di antaranya ambles lebih kurang 30 sentimeter.
BPBD telah menginstruksikan masyarakat agar mengintensifkan kembali fungsi siskamling. Sedangkan terkait antisipasi jangka panjang, BPBD menggelar rapat lintas instansi. Salah satunya membahas rencana relokasi warga di dua dusun yang dianggap rawan bencana tanah longsor.
"Apabila tanah terus bergerak minimal segera relokasi, terlebih di sana ada satu sekolah yang letaknya di bawah tebing," kata Arief.
Pemerintah bersiap merelokasi 240 jiwa warga yang tinggal di Dusun Krajan Kidul dan Dusun Wirogomo Tengah menyusul pergerakan tanah dan longsor di kaki bukit Gunung Kelir. Sementara, posisi dua dusun tersebut berada di bawah bukit Gunung Kelir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.