Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Letusan Kelud dan Ketangguhan Masyarakat Hadapi Bencana

Kompas.com - 13/02/2015, 18:32 WIB
Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim

Penulis

KEDIRI, KOMPAS.com - Tanggal 13 Februari 2014 lalu, Gunung Kelud di Jawa Timur meletus hebat. Letusan dahsyat itu menyisakan beberapa kisah, di antaranya ketangguhan masyarakat sekitar dalam menghadapi bencana geologi itu.

Setahun lalu, gunung yang mempunyai ketinggian 1.731 meter di atas permukaan laut itu meletus eksplosif. Sekitar 150 juta meter kubik material vulkanis yang terdiri dari abu, pasir, dan bebatuan tersembur dari dalam perut gunung. Lava pijar menyembur setinggi 17 kilometer. Tingginya semburan itu berkorelasi dengan jangkauan jatuhnya abu sehingga sebarannya menimpa hampir seluruh Jawa.

Saat itu sekitar 180.000 jiwa yang ada di sekitar Gunung Kelud mengungsi ke daerah aman. Mereka berasal dari 3 kabupaten, yakni Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar serta Kabupaten Malang.

Pola penyelamatan para pengungsi itu menjadi kisah sukses penanganan bencana gunung api skala nasional. Bagaimana tidak, ribuan jiwa itu bisa dievakuasi dalam jangka waktu yang relatif singkat, hanya dua jam, yaitu mulai pukul 21.15 WIB hingga pukul 22.50 WIB. Proses evakuasi pun berjalan lancar dan tertib serta tidak memakan korban jiwa.

Fase penanganan pascabencana pun berlangsung cukup baik. Kurang dari setahun, kehidupan masyarakat Kelud berangsur membaik dan sudah kembali berjalan seperti sedia kala. Mereka kembali beraktivitas normal.

Tangguh

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Sutopo Purwonugroho mengatakan, kelancaran penanganan pengungsi Kelud berkat ketangguhan dan kesiapan masyarakat menghadapi bencana. Kesiapan ini jauh lebih baik daripada letusan yang terjadi pada tahun 2007.

Menurut Sutopo, segenap komponen seperti camat, kepala desa, tokoh masyarakat, TNI, Polri, para relawan, maupun pengamat gunung api bersatu padu melaksanakan peran mereka masing-masing. Mereka juga mendidik masyarakat untuk memahami makna informasi status gunung serta apa yang harus diperbuat dalam setiap status tersebut.

Salah satu bagian dari pendidikan itu, lanjut Sutopo, adalah dengan menggelar gladi lapang evakuasi yang dilakukan secara masal di tiga desa. Kegiatan tersebut juga disebarluaskan ke masyarakat lainnya melalui saluran radio amatir di bawah RAPI maupun radio komunitas agar menjangkau masyarakat luas.

"Informasi mengalir dari satu sumber melalui saluran yang ada, sehingga masyarakat dapat menerima informasi satu makna, satu tafsir, tunggal," kata Sutopo dalam siaran pers tentang makna setahun erupsi Kelud, Jumat (13/2/2015).

Menurut Sutopo, masyarakat sekitar Kelud menjunjung tinggi nilai hormat dan harmoni. Hormat dalam arti memberi apresiasi kepada peran setiap orang dan sebaliknya menjalani peran yang diberikan dengan disiplin dan setia.

Sedangkan, harmoni diartikan sebagai sikap hidup yang selaras dengan alam. Bagi masyarakat Kelud, hidup selaras dengan alam adalah penting. Mereka juga diberi kesadaran secara turun temurun bahwa abu Kelud adalah warisan bagi anak cucu kelak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com