Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sukses Energi Hibrida di Pantai Pandansimo

Kompas.com - 06/02/2015, 21:10 WIB
Kontributor Yogyakarta, Gandang Sajarwo

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kisah sukses pengembangan energi hibrida di Pantai Pandansimo akan dijadikan percontohan pengembangan sumber energi serupa di berbagai daerah di Indonesia. Dalam waktu dekat, teknologi yang dikembangkan di pesisir pantai di Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul itu akan diduplikasi di Kampung Laut, Segara Anakan, Cilacap.

“Pemerintah melalui Ristek Dikti akan membangun 100 science and tecnology park di 100 kabupaten, dan Pantai Pandansimo, Bantul, ini salah satu di antaranya,” kata Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo saat mengunjungi lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) Pandasimo, Srandakan, Bantul, Jumat (6/2/2015).

Menurut Indroyono, keberhasilan pembangunan energi terbarukan PLTH Pandansimo ini menjadikan Pandansimo layak dikembangkan menjadi desa inovasi nelayan.

“Kita berharap inovasi karya anak bangsa ini dibakukan dan dimasukkan dalam e-catalog, sehingga produsen atau inovatornya dapat ikut tender pengadaan baik oleh pemerintah maupun swasta. Dengan demikian, ketegantungan kita pada asing akan semakin minimal,” ujarnya.

Sementara itu, Asisten Deputi Iptek Masyarakat, Ristek Dikti, Sadyatmo MT mengatakan, pengembagan energi hibrid ini dimulai tahun 2007 sebagai jawaban dari keluhan masyarakat yang belum terjangkau jaringan listrik dari PLN.

“Semula di sini ada pabrik es yang mangkrak, karena tidak ada sambungan dari PLN. Setelah kita kaji, kita sepakat membangun energi hibrid dengan membangun kincir angin dan panel surya,” lanjut Sadyatmo.

Kini, di kawasan pantai Pandansimo di wilayah pesisir seluas 37 hektar sudah terpasang 31 unit turbin angin dengan tinggi rata-rata 18 meter, terdiri 26 turbin angin berkapasitas 1 kW, dua turbin angin 2,5 kW, dua turbin angin 10 kW, dan satu turbin angin 5 kW.

“Padansimo yang semula berupa gumuk pasir yang kering dan kosong kini telah hijau dan teduh. Selain menjadi obyek wisata dengan perputaran uang mencapai Rp 5 miliar per tahun, juga menjadi obyek penelitian, setidaknya 26 skripsi telah dihasilkan,” pungkas Sadyatmo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com