Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup Nomaden Bersama Lebah, Kusyanto Dapatkan 1 Ton Madu Setahun

Kompas.com - 06/02/2015, 17:41 WIB
Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim

Penulis

KEDIRI, KOMPAS.com - Ternyata peternak lebah madu juga butuh menggembalakan lebah peliharaannya untuk menjamin keberlangsungan produksi madunya. Penggembalaan itu dilakukan secara nomaden dan memakan waktu hingga beberapa bulan lamanya.

Pola penggembalaannya yaitu dengan membawa lebah ke perkebunan atau tempat lain yang banyak tanamannya, terutama yang sudah berbunga sehingga sarinya bisa diserap oleh lebah. Biasanya, lebah ditaruh dalam kotak-kotak yang sekaligus berfungsi sebagai sarangnya.

Seperti yang dilakukan oleh Kusyanto (39), seorang penggembala lebah asal Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Secara berkala dan dalam waktu tertentu dia berkelana ke berbagai daerah, dengan membawa serta kotak-kotak lebah miliknya.

Saat ini, pria kelahiran Probolinggo tersebut tengah menggembalakan lebahnya di wilayah Mojo di Kabupaten Kediri. Dia sengaja memilih lokasi itu karena wilayah Mojo berada di kawasan hutan lereng Gunung Wilis dan banyak perkebunan maupun tanaman liar.

"Di sini pepohonannya masih banyak dan terdapat beragam jenis tanaman buah," kata Kusyanto saat ditemui Kompas.com di lokasi penggembalaannya, Jumat (6/2/2015).

Selama tinggal di wilayah Mojo, Kusyanto hidup dengan cara menyewa lahan terbuka milik warga sekitar. Di sana, dia menempatkan 160 kotak sarang lebah miliknya dan menatanya berjajar dengan jarak sekitar setengah meter setiap kotaknya.

Lebah-lebah itu kemudian dibiarkan bebas berkeliaran secara alamiah tanpa khawatir hilang. Mereka akan selalu kembali ke dalam kotak sarang selama ratu lebah tetap berada di dalamnya.

Nomaden

Kusyanto menuturkan, profesi itu telah dijalankannya sejak sepuluh tahun terakhir. Dia harus berpindah-pindah tempat dari satu daerah ke daerah lain. Setiap perpindahan itu tentunya mengikuti jadwal musim tanaman berbunga. Oleh karena itu, dia juga harus tahu kapan musim tanaman berbunga dan dimana mendapatkannya.

"Makanya ada madu rasa buah kelengkeng atau rasa buah lainnya," imbuh peternak yang menggembalakan lebah jenis Australia ini.

Selama menggembala lebah, dia tidak pernah berlama-lama tinggal di satu tempat. Setiap tempat rata-rata hanya ditinggalinya selama sebulan atau menyesuaikan dengan ketersedian bunga yang akan dikonsumsi lebah-lebahnya itu. Semakin sedikit bunga berarti semakin cepat dia harus pindah.

Dengan 160 kotak lebah itu, dia mengaku dapat menghasilkan sekitar 1 ton madu dalam setiap masa panen yang baik. Kualitas maupun kuantitas panenan itu erat kaitannya dengan kondisi alam. Masa panen madu berlangsung paling singkat 12 hari dan paling lama 15 hari.

"Benar, 1 ton itu jika panen maksimal dan merupakan akumulasi hasil masa panen dalam setahun. Sedangkan 12-15 hari itu masa siapnya pengambilan. Pengambilan madu tidak bisa dilakukan secara serentak, tetapi berkala," jelas Kusyanto.

Beternak lebah bukan berarti tidak mengenal masa paceklik. Kusyanto menjelaskan, masa paceklik lebah bisa mencapai 5 hingga 7 bulan dalam setiap tahun. Masa paceklik ini berarti lebah tidak begitu produktif menghasilkan madu karena tidak ada bunga yang bisa diisap sarinya.

Pada masa paceklik ini, peternak lebah harus telaten karena mesti mencari alternatif makanan bagi lebah. Peternak umumnya memberikan gula untuk dimakan lebah-lebah itu sebagai ganti sari bunga. Caranya dengan menempatkan gula dalam wadah khusus di dalam kotak sarang lebah.

"Saya kasih gula dua hari sekali," pungkas Kusyanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com