Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Guntur, Bocah Lumpuh yang Hidup Tanpa Orangtua

Kompas.com - 06/02/2015, 14:35 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Di dalam rumah sederhana di Gang Budi V, Nomor 31 RT 04 RW 03, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, tubuh Guntur Febriansyah terbujur lemas di atas kasur tipis. Cuma senyum tipis yang mengembang dari bibirnya.

Pada 16 Februari 2015 mendatang, Guntur genap berusia 8 tahun. Jika dihitung-hitung, enam tahun sudah penyakit yang hingga kini belum diketahui jenisnya membuat kaki, tangan, dan tubuh Guntur mengecil serta tidak bisa digerakkan.

Selain tubuh yang lunglai, penyakit ini juga menjadikan Guntur bisu. Guntur yang dulu masih lucu-lucunya sebagai anak balita pernah merasakan kasih sayang dari orangtua. Namun, cinta dari orang terkasih itu hilang pada saat dirinya lumpuh tak berdaya.

Ibunya, Nurhayati, meninggal dunia karena sakit paru-paru. Berselang tujuh hari ditinggal meninggal ibunya, ayah Guntur, Dadan, tiba-tiba menghilang tak berbekas. Tanpa kabar dan tanpa rasa bersalah, sang ayah menelantarkan Guntur bersama kakek dan neneknya.

Otomatis tanggung jawab merawat Guntur dibebankan kepada orangtua Nurhayati. Namun, seperti tidak habis-habisnya, Guntur menjalani cobaan. Setelah ditinggal kedua orangtuanya, kakek dan neneknya juga meninggal.

Neneknya tutup usia lima tahun lalu, sementara sang kakek baru 100 hari lalu dimakamkan. Lalu, siapa yang merawat bocah lumpuh ini? Kokom (55), adik dari neneknya, kini menjadi orang paling setia berada di samping Guntur.

Kisah getir tentang kehidupan Guntur pun didapat dari Kokom. "Dulu masih bisa jalan dan sempat bisa ngomong juga, tapi setelah diterapi di rumah sakit, badannya panas lagi. Setelah itu malah enggak bisa bicara, enggak bisa jalan, tangan enggak bisa gerak juga, lemas semua," kata Kokom sambil menangis tersedu saat ditemui di kediamannya.

Sejak nenek dan kakek Guntur masih hidup, Kokom memang lebih banyak turun tangan merawat. Maka dari itu, Kokom lebih banyak mengetahui kondisi bocah laki-laki yang terlahir normal dengan bobot 2,7 kilogram ini.

Pernah juga sekali waktu Guntur dibawa berobat ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung untuk memastikan jenis penyakitnya. "Kalau kata dokter, ada gangguan cairan otak. Saya enggak tahu apakah kepalanya pernah terbentur atau tidak," tutur Kokom.

Meski murah senyum, Guntur sering kali mengeluh. Yang pertama, setiap ingin buang air besar, bocah ini selalu merasakan sakit sampai harus menjerit. Maklum, selain susah makan, Guntur juga jarang buang air besar. Kadang dia buang air besar hanya dua minggu sekali.

"Guntur juga sering kaget bahkan sampai nangis kalau dengar suara bersin atau batuk yang keras. Kalau ada yang marah-marah juga kaget," ujar Kokom.

Kokom begitu sabar dan ikhlas merawat Guntur. Namun, dengan kondisi tubuh yang semakin lama digerogoti usia, Kokom mengaku mulai kewalahan, apalagi saat ditemui Kokom juga tengah sakit.

Dengan berat tubuh Guntur saat ini mencapai 10 kilogram lebih, Kokom tidak lagi bisa menggendong Guntur dalam waktu lama. Selain itu, masalah biaya juga dirasakannya semakin berat.

"Yah, kalau memang ada bantuan, cuma ingin Guntur bisa jalan lagi, bisa normal lagi. Setiap bulan, ada bantuan Rp 300.000 dari Dinsos. Tapi, cukup apa atuh Pak, untuk popoknya saja kurang. Belum lagi kalau berobat," keluh dia.

"Fans" Ariel
Meskipun sebagian besar organ tubuh tidak bisa berfungsi dengan baik, Guntur masih bisa melihat dan mendengar dengan sempurna. Dengan kedua organ tersebut, Guntur biasa menghibur diri dengan menikmati lagu, terutama yang dinyanyikan oleh Ariel Noah.

"Guntur paling senang kalau dengar atau nonton (klip video) lagu-lagu Ariel. Pasti langsung senyum," aku Kokom.

Benar saja, mimik wajah Guntur seketika berubah semringah ketika salah satu lagu Noah berjudul "Menghapus Jejakmu" diputar. Giginya yang terlihat rusak keropos tidak menyembunyikan kesenangannya terhadap lantunan merdu suara Ariel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com