Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perangi Hama Tikus, Petani Magelang Pelihara Burung Hantu

Kompas.com - 04/02/2015, 22:37 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Beberapa tahun terakhir, para petani di Desa Bandongan, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah diresahkan dengan serangan hama tikus di areal persawahan milik mereka. Akibatnya, mereka kerap gagal panen.

Kondisi tersebut membuat beberapa kelompok tani (gapoktan) mencari strategi untuk membasmi tikus dengan cara alami sehingga tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan. Salah satunya, dengan penangkaran buruh hantu jenis tyto alba.

Menurut Kepala Desa Bandongan M Achmad, burung hantu jenis ini merupakan predator alami hama tikus yang sangat kuat dan aktif mencari mangsa pada malam hari. Dari beberapa sumber, papar Achmad, seekor tyto alba atau Serak Jawa memiliki kemampuan memangsa tikus 2 - 10 ekor setiap malam. Sedangkan dalam setahun diperkirakan mampu memangsa hingga 1.300 ekor tikus.

"Sejak dua bulan lalu kami mendapat bantuan dari Balai Penyuluh Pertanian dan Ketahanan Pangan (BPPKP) Kabupaten Magelang sebanyak tujuh pasang (14 ekor) burung hantu tyto alba untuk ditangkarkan," papar Achmad, Selasa (4/2/2015).

Untuk sementara ini, sebanyak 14 ekor burung hantu itu dikarantina di dalam kandang dengan ukuran 8 meter, lebar 6 meter dan tinggi 6 meter. Dalam kandang yang dibangun di belakang balai desa itu terdapat beberapa 'rubuha' (rumah burung hantu) yang berfungsi untuk berlindung burung hantu dari hujan maupun terik panas matahari.

"Selama karantina tidak ada perawatan khusus, burung jenis ini memang tidak perlu minum hanya makan tikus setiap hari yang kami dapatkan dari beberapa petani di sekitar Desa Bandongan. Kira-kira dua minggu lagi burung-burung ini akan kami lepas di beberapa wilayah endemi tikus di Desa Bandongan," jelas Achmad.

Saat ini, kata Achmad, petugas tengah menyiapkan sejumlah 'rubuha' untuk kemudian ditempatkan di sejumlah titik endemi tikus. Rencananya, enam pasang burung hantu akan dilepas, sedangkan sepasang sisanya tetap tinggal di penangkaran dengan harapan bisa berkembang biak.

Dua tahun

Achmad menungkapkan, sejauh ini, penangkaran burung hantu memang belum menunjukkan hasil signifikan terhadap hasil panen padi. Diperkirakan butuh dua tahun petani akan bisa melihat hasilnya.

"Karena baru dua bulan ya, jadi hasilnya belum dirasakan petani. Tetapi setidaknya dengan adanya program ini sekaligus memberi pengetahuan bagi para petani bahwa ada cara yang baik dan alami untuk mengurangi serangan hama tikus, tanpa menggunakan alat atau bahan kimia yang sejatinya merusak lingkungan dan membunuh predator alami lainnya," urai Achmad.

Achmad menyebutkan, dari 363 hektar luas wilayah Desa Bandongan, sebanyak 247 hektar di antaranya adalah areal persawahan dan pertanian lainnya. Di Kabupaten Magelang, Desa/Kecamatan Bandongan merupakan wilayah penghasil beras terbesar kedua setelah Kecamatan Grabag. Tidak heran jika sebagian besar warga kaki Gunung Sumbing ini menggantungkan hidup dari hasil panen padi dan hasil pertanian lainnya.

"Penangkaran burung hantu tyto alba sebelumnya juga sudah dilakukan di Kecamatan Grabag. Program ini bisa dikatakan sebagai pilot project. Harapannya ke depan para petani bisa merasakah manfaatnya langsung untuk kesejahteraan mereka," tandas Achmad.

Perdes perburuan

Sementara itu, untuk mengantisipasi adanya perburuan burung hantu ini, pihak Pemerintah Desa Bandongan berencana membuat peraturan desa (perdes). Selain itu, akan dilakukan sosialisasi serta pemasangan leaflet tentang larangan penangkapan satwa ini.

"Meskipun di tingkat pusat sudah ada larangan untuk perburuan hewan yang termasuk langka ini, namun setidaknya dengan perdes akan ada kesepakatan di tingkat kecamatan," tandasnya.

Dalam upaya ini, pemerintah desa bekerja sama berbagai pihak seperti dengan Komando Rayon Militer (Koramil) Bandongan, Polsek Bandongan, serta pihak lainnya untuk mengamankan kelestarian burung hantu tyto alba tersebut.

 
 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com