Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kualitas Terbaik di Dunia, Daun Kelor Asal Timor Diburu Pembeli Mancanegara

Kompas.com - 28/01/2015, 10:56 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com - Kelor (Moringa oleifera) yang tumbuh di daratan Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT), saat ini diklaim memiliki kualitas terbaik nomor dua di dunia setelah Spanyol.

Keunggulan tersebut membuat kelor saat ini diburu oleh pembeli dari sejumlah negara. Pengakuan itu disampaikan oleh pengusaha Kelor asal Jawa Barat, Dudi Krisnadi, saat ditemui sejumlah wartawan di tempat budidaya kelor Moringa Wirasakti, di Kelurahan Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, NTT, Selasa (27/1/2015) kemarin.

Menurut Dudi, kualitas kelor asal Timor yang dinilai terbaik itu membuat para pembeli kelor asal Eropa, Australia, Arab Saudi, Korea Selatan, dan China saat ini sedang antre menunggu hasil panen kelor dari Timor.

“Hasil penelitian dari sejumlah pihak menyebutkan kalau kualitas kelor Timor yang terbaik di dunia. Inilah yang membuat para pembeli dari luar negeri sudah bersiap menunggu. Saat ini sudah ada permintaan kelor basah dari luar negeri sebanyak 100 ton per bulan, sehingga target kita pada tahun 2016 mendatang kita sudah bisa penuhi permintaan itu,” kata Dudi yang sudah akrab dengan dunia kelor sejak tahun 2001.

Demi mempersiapkan target tersebut, sebagai basis atau inti harus disiapkan sebanyak 1.000 hektar lahan. Sementara untuk plasma di masyarakat akan tersebar dengan sendirinya. Lahan saat ini yang ditanami kelor untuk seluruh Timor Barat baru sekitar 400 sampai 500 hektar dan berpusat di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Kabupaten Kupang, dan Kota Kupang.

Kelor Timor unggul karena bisa ditanam di dalam satu kebun yang memiliki hamparan luas (budidaya), sedangkan di daerah lain di Indonesia yang sudah dicoba, tapi tidak berhasil. ”Kalau di tempat lain pertumbuhan kelor sangat lama. Bisa lebih dari satu tahun belum tumbuh bunga dan biji, sementara di Timor baru enam bulan sudah tumbuh biji dan itupun dipangkas daunnya sehingga menurut kita sangat luar biasa. Secara teoritis kalau di daerah Afrika dan India, sembilan bulan baru tumbuh biji, tetapi tidak dipangkas daunnya,” kata dia.

Dudi mengaku, untuk budidaya kelor yang memiliki nilai ekonomis tinggi, belum sepenuhnya direspons dengan baik oleh Pemerintah NTT. Budidaya kelor, kata dia, hanya direspons oleh TNI AD dari Korem 161 Wirasakti Kupang. Dudi berharap pemerintah bisa memberi perhatian serius terhadap tanaman kelor ini sehingga bisa menyejahterakan masyarakat.

“Harapan saya kalau pemerintah daerah di NTT mau dengan cepat melakukan perubahan untuk masyarakat, khususnya petani kelor ini, mereka harus dibantu dengan pengering, karena satu-satunya alat untuk mengonversi daun kelor menjadi uang itu adalah alat pengering. Khusus untuk petani di pulau Timor yang sedang budidaya kelor, idealnya dibutuhkan 100 alat pengering,” kata Dudi.

Dudi mencontohkan, untuk daun kelor basah nilai per kilogramnya Rp 3.000, sementara jika sudah menggunakan alat pengering harga jualnya bisa mencapai Rp 35.000 per kilogram.

Kegunaan dan manfaat
Kegunaan dan manfaat daun kelor, kata Dudi, sangat beragam bahkan di sejumlah negara disebut sebagai pohon ajaib karena terbukti secara ilmiah merupakan sumber gizi berkhasiat obat yang kandungannya di luar kebiasaan kandungan tanaman pada umumnya.

“Menurut hasil penelitian, daun kelor mengandung vitamin A, C, B, kalsium, kalium, besi, dan protein dalam jumlah yang sangat tinggi yang mudah dicerna dan diasimilasi oleh tubuh manusia. Bahkan jumlahnya berlipat-lipat dari sumber makanan yang selama ini digunakan sebagai sumber nutrisi untuk perbaikan gizi di sejumlah negara,” kata Dudi.

Bahkan, kelor juga mengandung 40 antioksidan dan 90 jenis nutrisi berupa vitamin essensial, mineral, asam amino, anti penuaan, dan anti inflamasi. Kelor juga mengandung 539 senyawa yang dikenal dalam pengobatan tradisional di India dan Afrika serta telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mencegah lebih dari 300 penyakit.

“Tanaman kelor, mulai dari daun, biji, bunga, akar, kulit kayu, dan polong dewasa memiliki kegunaan masing-masing, yakni untuk stimulan jantung, peredaran darah, antitumor, antipiretik, antiepilepsi, antiinflamasi, antiulcer, antipasmodic, diuretik, antihipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan, antidiabetik, kegiatan hepatoprotektifm antibakteri, dan antijamur,” kata Dudi.

Dengan kandungan nutrisi yang demikian komplit, ujar Dudi, kelor menjadi kandidat utama untuk mengatasi masalah kekurangan gizi pada balita, ibu hamil, dan menyusui sehingga cocok untuk daerah NTT yang banyak balitanya kurang gizi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com