Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Dapat Listrik sejak Indonesia Merdeka, Warga 3 RT Ini Ancam Boikot Pemilu

Kompas.com - 27/01/2015, 22:05 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com — Warga tiga rukun tetangga (RT) di Kelurahan Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengancam tidak akan ikut pemilihan umum (pemilu) lantaran sejak Indonesia merdeka pada 1945 silam, mereka belum juga menikmati jaringan listrik seperti lazimnya warga lain.

Ancaman tersebut disampaikan tiga tokoh warga Fatukoa, yakni Kornelius Bani (tokoh adat), Filmon Boebalan (tokoh masyarakat), dan Yonathan Boebalan (tokoh pemuda), ketika ditemui Kompas.com di tempat budidaya tanaman Kelor, Marunga Wirasakti, Selasa (27/1/2015).

Menurut Kornelius, selama ini warga sudah berulang kali meminta kepada Pemerintah Kota Kupang dan pihak terkait (Perusahaan Listrik Negara) melalui surat permohonan resmi yang ditandatangani oleh semua warga, tetapi tetap saja tidak direalisasikan. Bahkan, kata Kornelius, permintaan itu langsung disampaikan kepada Wali Kota Kupang Yonas Salean saat dia mengunjungi RT wilayah mereka.

"Kami tiga RT, yakni RT 23, 24, dan 25, sejak Indonesia merdeka belum dapat listrik, padahal kami berada di wilayah Kota Kupang. Di pelosok saja masih dapat listrik, kenapa kami tidak dapat,” tegas Kornelius.

Filmon Boebalan bahkan mengaku pernah meminta langsung kepada Presiden Joko Widodo agar memperhatikan wilayah mereka karena, baginya, tiga RT ini juga adalah bagian dari negara Indonesia.

“Kenapa sejak Indonesia merdeka kami belum dapat listrik? Kami sepertinya dianaktirikan. Padahal, setiap tahun kami selalu rajin bayar pajak dan kegiatan pemerintah kami selalu aktif mengikuti, tetapi sama saja kami masih seperti ini. Setiap ada pemilihan baik itu DPRD, wali kota, gubernur, hingga presiden, selalu saja kami dapat janji yang muluk-muluk, tetapi apa hasilnya, yang ada hanya omong kosong. Kalau masih saja begini, kami tiga RT ini sepakat untuk tidak lagi ikut pemilihan umum,” ancam Filmon.

Filmon mengaku, pada pemilihan presiden dulu, di tempat mereka sebagian besar memilih pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla dengan harapan akan ada perubahan untuk kampung mereka menjadi lebih baik dari sekarang.

Meski kesulitan listrik, lanjut Filmon, warga di wilayahnya terbantu oleh adanya budidaya daun kelor dan hasilnya langsung bisa dijual ke perusahaan yang berada di wilayah mereka.

“Jika listrik sudah ada, yang pastinya kami tidak akan kesulitan lagi karena anak-anak bisa belajar di malam hari karena penerangan sudah ada dan tentunya mesin pengering untuk tanaman kelor bisa dipakai sehingga akan menaikkan harga jual tanaman kelor. Kalau sekarang kelor basah dijual hanya Rp 3.000 per kilonya. Kalau sudah ada mesin pengering, harganya bisa mencapai Rp 35.000 per kilonya,” terang Filmon.

Karena itu, Filmon berharap pemerintah bisa membantu warga dengan memasang jaringan listrik untuk tiga RT ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com