Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagi Bajak Sawah, Petani Temukan Batu Candi Kuno

Kompas.com - 20/01/2015, 17:45 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com - Seorang petani asal Dusun Sangubangu, Desa Banyuwangi, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magalang, Jawa Tengah, tak sengaja menemukan sebuah batu yang diduga peninggalan masa kerajaan Hindu kuno. Batu itu ditemukan oleh Abdul Ghofir di areal persawahan milik Zaenudin warga setempat, Senin (19/1/2015) sore.

Sekretaris Desa Banyuwangi, Abdul Kholik, bercerita bahwa Abdul Ghofir sedang membajak sawah menggunakan traktor sore itu. Namun, tiba-tiba, roda traktor mengenai bongkahan benda keras.

Ketika dilihat, itu adalah sebongkah batu bulat berdiameter sekitar 80 sentimeter dan tinggi 40 sentimeter. Petani itu lantas melaporkan penemuan tersebut kepada aparat pemerintah desa setempat.

"Setelah kami lihat, kami menduga batu itu adalah umpak atau batu kuno yang dahulu dimanfaatkan untuk pemujaan," ungkap Kholik, Selasa (20/1/2015).

Menurut dia, dugaan tersebut menguat lantaran tidak jauh dari lokasi penemuan umpak itu juga pernah ditemukan batu berbentuk kubus (yoni) dan arca sapi (nandi). Bahkan batu-batu purba sudah ditemukan sejak puluhan tahun lalu namun dibiarkan berserakan begitu saja di pinggir sawah dan pekarangan warga.

"Sekitar tahun 1980-an sebuah arca sapi (nandi) sudah diambil oleh Pemerintah Kabupaten Magelang. Sedangkan empat Yoni dan satu umpak kecil masih dibiarkan saja," ujarnya.

Kholik melanjutkan, setelah penemuan umpak, warga sepakat untuk membawanya ke Balaidesa Banyuwangi untuk diamankan, termasuk tiga buah yoni yang sebelumnya sudah ditemukan di dekat lokasi penemuan umpak dan sebuah umpak kecil dari pekarangan warga.

Sementara itu, sebuah yoni dengan lebar 80 sentimeter dan tinggi 80 sentimeter sementara waktu dibiarkan saja di pinggir sawah.

"Kami tidak kuat jika harus menggotongnya ke balaidesa, jadi sementara biar di sini (sawah) saja," kata Kholik.

Tiga Yoni yang diamankan di Balaidesa masing-masing berukuran kecil, sedang dan besar. Yoni kecil berukuran lebar 45 sentimeter, tinggi 55 sentimeter dan panjang pancuran 22 sentimeter. Yoni sedang berukuran lebar 55 sentimeter, tinggi 55 sentimeter dan panjang pancuran 20 sentimeter. Yoni besar berukuran 70 sentimeter, tinggi 50 sentimeter dan panjang pancuran 23 sentimeter.

Sementara itu, umpak kecil yang diambil dari pekarangan warga berukuran diameter 30 sentimeter dan tinggi 20 sentimeter.

"Yoni kecil dan yoni sedang kami temukan sudah berpindah beberapa meter dari temuan semula, kemungkinan ada pencuri yang berusaha mengambilnya namun tidak kuat sehingga ditinggal begitu saja. Selain itu Yoni paling besar juga sudah hilang bagian pancurannya," ungkap Kholik.

Oleh karena itu, atas kesepakatan warga dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang, batu-batu kuno itu dikumpulkan di Balaidesa agar lebih terjamin keamanannya dan agar tidak rusak. M. Djauhari, Kades Banyuwangi, menjelaskan, pihak desa sengaja mengamankan BCB temuan itu ke balai desa. Hal itu lantaran, Benda Cagar Budaya (BCB) itu rawan dicuri dan agar tidak hilang.

“Untuk selanjutnya, kami akan berkomunikasi dengan Dinas Pariwisata terkait temuan ini,” tambahnya.

Diperkirakan, masih banyak batu-batu serupa masih berserakan baik di areal persawahan maupaun pekarangan warga yang belum diamankan. Tidak saja dari Dusun Sangubanyu tetapi tersebar di Dusun Sangubanyu Utara, Dusun Mendak Selatan, dan Dusun Candi Gunung Desa Banyuwangi, Kecamatan Bandongan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com