Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Berkilah Warga Tak Kooperatif, "Paniai Berdarah" Mandek

Kompas.com - 15/01/2015, 10:19 WIB
Kontributor Kompas TV, Alfian Kartono

Penulis

JAYAPURA, KOMPAS.com – Kepolisian Daerah Papua belum menetapkan seorang pun yang menjadi tersangka pada peristiwa bentrok berdarah yang menewaskan empat orang serta belasan warga dan aparat mengalami luka-luka di Lapangan Karel Gobai, Kabupaten Paniai, 8 Desember, tahun lalu.

Kepala Kepolisian Daerah Papua, Irjen Yotje Mende mengakui lambannya pengungkapan kasus tersebut karena polisi kesulitan mendapatkan keterangan dan bukti lapangan dari warga setempat.

Menurut Yotje, dalam kasus tersebut ia sudah memerintahkan Direktur Kriminal Umum Polda Papua untuk memimpin penyelidikan, namun terbentur sikap tidak kooperatif dari warga. “Kami sudah memeriksa 56 orang saksi di antaranya 20-an orang anggota kepolisian, 20-an orang warga dan ada satu dua anggota TNI. Namun hingga kini, kami masih kesulitan karena penduduk Pondok Natal (Kampung Ipakije) belum kooperatif,” kata Yotje saat ditemui di Mapolda Papua dalam acara pisah sambut Wakapolda dan Irwasda Polda Papua, Rabu (14/1/2015) kemarin.

Dalam pengungkapan kasus yang sempat menjadi sorotan media internasional tersebut, Yotje mengaku ada pihak-pihak yang berusaha mengganggu proses penyelidikan dengan memberikan informasi yang menyesatkan.

“Sudah banyak pihak yang melakukan penyelidikan dan kami pun tetap berkonsentrasi untuk mengungkap kasus ini. Untuk kendala yang kami hadapi, kami sudah berusaha bekerjasama dengan pihak Ombudsman, Komnas HAM dan pihak gereja agar masyarakat mau terbuka memberikan keterangan,” ungkap Yotje.

Dijelaskan Yotje, polisi fokus untuk mencari provokator yang menggerakkan ratusan warga yang semula hanya berkumpul di Pondok Natal, Kampung Ipakije, kemudian berjalan sejauh lima kilometer ke Enarotali.

“Siapa yang memprovokasi mereka, seketika itu dalam waktu yang tidak sampai 12 jam saja bisa mengkondisikan ratusan orang bisa menyerang Koramil dan Polsek,” ungkap Mende.

Ketua Dewan Adat Paniai, John Gobay mengatakan tidak kooperatifnya warga karena kehilangan kepercayaan kepada aparat TNI-Polri. “Mereka berpikir untuk apa memberikan keterangan kepada pihak yang terlibat dalam insiden tersebut. Semua sudah melihat di lapangan, sehingga mereka marah dan terluka. Kasus serupa sudah berulang di Paniai dan tak pernah ada penyelesaian,” ungkap Gobay melalui telepon selulernya.

Gobay berharap, segera dibentuk tim independen untuk menyelidiki kasus ini yang diisi oleh pihak dari lembaga yang bisa dipercaya oleh masyarakat sehingga warga mau memberikan keterangan apa yang mereka lihat dan rasakan.

“Kami berharap pemerintah segera membentuk tim independen yang ditugaskan untuk menyelesaikan kasus Paniai. Ini penting agar pelaku diproses dan jadi pelajaran bagi pelaku yang adalah oknum aparat, agar tidak arogan saat menjalankan tugas,” tegas Gobay.

Bantah
Dari hasil penyelidikan sementara dengan melihat bukti rekaman video dan olah tempat kejadian perkara, Yotje mengklaim bukan polisi yang melakukan penembakan yang menewaskan warga. Menurut Yotje, dalam kejadiannya tersebut anggotanya hanya bertahan di Mapolsek dan untuk menghalau massa. Polisi hanya melepaskan tembakan ke udara.

“Jarak antara Polsek dengan lokasi penemuan warga yang tertembak sekitar 300 meter, sementara untuk senjata SS1 efektifnya hanya 200 meter. Selain itu masih terhalang oleh gapura, tembok dan plang distrik,” ungkap Yotje.

Terkait hasil penyelidikan dari Tim Puslabfor Mabes Polri yang sudah turun ke lokasi kejadian, Yotje mengaku belum menerima hasilnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, bentrokan berdarah di Lapangan Karel Gobai, Enarotali Senin (8/12/2014) dipicu pemukulan sekelompok orang bersenjata terhadap anak-anak di Pondok Natal Kampung Ipakije, Distrik Paniai Timur pada Minggu (7/12/2014) malam. (Baca: Kapolda Papua: OPM Pelaku Penembakan Warga di Paniai)

Akibat pemukulan tersebut, ratusan warga Kampung Ipakije melakukan blokade jalan. Setelah bernegosiasi dengan Wakapolres Paniai untuk membuka blokade jalan, massa kembali terprovokasi. Hal itu terjadi setelah mereka melihat mobil yang diduga dipakai sekelompok orang yang melakukan pemukulan terhadap anak-anak malam sebelumnya.

Ratusan warga ini, kemudian berlarian sekitar lima kilometer dari Kampung Ipakije, menuju Enarotali, dan selanjutnya terjadi penyerangan terhadap Kantor Koramil dan Kantor Polsek yang berada di depan Lapangan Sepak Bola Karel Gobai, Enarotali.

Berdasarkan hasil otopsi terhadap seorang korban yang meninggal di RSUD Paniai dan visum terhadap tiga jenazah di Lapangan Karel Gobai, Direktur RSUD Paniai, dr. Agus pun memberi keterangan. Dia menemukan tanda-tanda berupa luka, trauma benda tajam, dan untuk korban yang dioperasi ditemukan fragmentasi logam abu-abu silver. (Baca: Jokowi Ingin Kasus Penembakan di Paniai Diselesaikan)


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com