Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Segarnya Batik Motif Sayuran dari Bandung Barat

Kompas.com - 12/01/2015, 07:05 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Sejak ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya asli Indonesia pada tanggal 2 Oktober 2009 lalu, batik kini semakin dikenal di segala penjuru dunia. Berbagai macam motif batik pun kini terus berkembang di seluruh Indonesia.

Tidak hanya Pekalongan, Yogyakarta dan Solo yang memiliki identitas tersendiri dalam urusan batik. Kini, satu per satu daerah-daerah di seluruh Indonesia mulai mengembangkan batik sesuai dengan nama daerahnya.

Yang membedakannya tentu saja dalam bentuk motifnya. Jika merasa bosan dengan motif-motif batik yang biasa, tidak ada salahnya untuk mencoba batik dari Kabupaten Bandung Barat. Motif dalam batik ini unik dengan memasukkan unsur-unsur ikonik khas Bandung Barat, salah satunya sayur-sayuran dan buah-buahan segar.

Benar sekali, sayuran segar ternyata tidak hanya enak untuk dimakan. Rumah Batik Lembang sebagai satu-satunya pusat kerajinan batik di Kabupaten Bandung Barat telah menyulap sayuran segar menjadi motif batik baru yang unik.

Beberapa macam sayuran dan buah-buahan segar yang telah diabadikan dalam motif batik di antaranya adalah paprika, jagung, koboca (labu), pepaya, tomat wortel, pisang dan stroberi.

Iyan, Pemilik Rumah Batik Lembang yang berlokasi di Jalan Maribaya, Desa Kayu Ambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, mengatakan, batik bermotif sayuran dan buah-buahan dari Bandung Barat ini tidak berbeda dari segi proses pembuatannya.

Selain motif unik, yang membuat batik ini berbeda adalah perpaduan warna di setiap motifnya. "Kalau proses membuat batiknya sama saja, tidak ada yang beda. Cuma perbedaannya ada di warna. Warna batik ini cenderung cerah, segar, ngejreng," kata Iyan di Rumah Batik Lembang.

Meski namanya batik Bandung Barat, kalau boleh dibilang, batik ini sebenarnya justru lebih mencerminkan Lembang saja. Sebab sayuran dan buah-buahan segar di dalam motif batik ini merupakan komoditi yang dihasilkan di Lembang.

"Jadi motif batik ini mencerminkan kekhasan yang ada di Bandung Barat terutama Lembang," tutur Iyan.

Kualitas pasti menentukan harga. Namun tidak dengan batik Bandung Barat. Meski terbilang unik, menarik dan 'ngejreng', batik motif sayuran dan buah-buahan segar ini justru dibanderol dengan harga yang terbilang terjangkau. Untuk selembar kain batik dengan ukuran 2 X 1,15 meter, Iyan melepasnya dengan harga Rp 100.000. Kain seukuran ini sudah bisa dijadikan satu kemeja. "Kalau batik tulisnya belum kita lepas (jual) untuk umum," tutur dia.

24 Motif
Tidak hanya mengandalkan motif sayuran dan buah-buahan segar. Rumah Batik Lembang juga membuat aneka macam motif batik dari ikon-ikon yang ada di Bandung Barat seperti kebun teh Cikole, Observatorium Boscha, Curug (air terjun) Malela, Gunung Tangkuban Parahu hingga Gunung Jayagiri.

"Jadi ada namanya batik Pesona Bandung Barat, Dayang sumbi, Perkebunan teh, Pinus Cikole, Floating Market, Melati dari Jayagiri sama Boscha Satelit," tutur Iyan sambil menunjukkan satu per satu kain batik koleksinya.

Aceng Kodir, Ketua Forum Komunitas Ekonomi Kreatif Kabupaten Bandung Barat, menjelaskan, Bandung Barat kini sudah memiliki 24 motif batik. Semua motif merupakan hasil sayembara yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.

Agar tidak di-"aku-aku" oleh daerah lainnya, motif-motif batik tersebut telah dipatenkan melalui surat keputusan Bupati dengan nomor 430/kep.702-perekonomian/2013. "Sementara penjualannya dilokalisasi di pengerajin Bandung Barat. Satu-satunya pengerajin batik di Bandung Barat ya, cuma ada disini," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com