Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Anak TKI di Malaysia Kejar Jokowi Sampai Nunukan

Kompas.com - 17/12/2014, 09:11 WIB
Kontributor Nunukan, Sukoco

Penulis


NUNUKAN, KOMPAS.com
- Sekilas, Ratih, murid kelas 3 kejar Paket B (setingkat SMP) di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Oma Attawuwur milik Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia Al Firdaus di Sabah, Malaysia, ini tidak berbeda dengan murid lainnya. Selain ceria, dia tetap semangat bersekolah.

“Di Malaysia, sekolahnya kan kejar paket B. Penginnya kita ada yang formal seperti sekolah sekolah di Indonesia. Cita-cita saya ingin jadi pilot,” ujar Ratih di sela keramaian karena kedatangan Presiden Joko Widodo di Nunukan, Kalimantan Utara, Selasa (17/12/2014).

Ratih dan sejumlah siswa lainnya sengaja menyeberang ke Nunukan untuk melihat Jokowi. Salah satu guru Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia Al Firdaus, Murni, mengatakan, para siswa asal Indonesia itu berharap bisa bertemu dan berbicara langsung dengan orang nomor satu di Indonesia itu.

Sayang, rombongan Jokowi hanya melewati rombongan anak-anak TKI dari Sabah tersebut. Padahal spanduk panjang telah mereka tenteng di depan pintu masuk PLBL Liem Hie Jung.

“Kalau ketemu presiden saya harap pemerintah bisa membantu anak-anak TKI bernasib yang seperti Ratih. Tapi nanti ada pertemuan dengan Menteri Pendidikan Anies Baswedan. Kita akan sampaikan itu,” ungkap Murni.

KOMPAS.com/SUHARTONO Presiden Joko Widodo meninjau wilayah perbatasan dengan memanjat pos menara tertinggi di Pulau Sebatik, Selasa (16/12/2014).

Anak TKI

Ratih adalah seorang anak TKI di Malaysia. Ibunya baru meninggal beberapa bulan lalu, sedangkan keberadan bapaknya tidak diketahui. Bapaknya diketahui meninggalkan ibunya saat Ratih masih kecil.

“Keberadaan bapaknya kita tidak tahu. Kita hanya tahu Ratih ini ditinggal bapaknya sejak kecil. Sementara ibunya baru beberapa bulan lalu meninggal. Jadi Ratih hidupnya dalam pengawasan yayasan. Sementara ini menumpang hidup di rumah kawan ibunya,” tutur Murni.

Oleh karena itu, dia hidup sendirian di negeri orang. Namun dia tetap mengenyam pendidikan di PKBM Oma Attawuwur milik Yayasan Peduli Pendidikan Anak Indonesia Al Firdaus di Sabah, Malaysia. Di tempat ini, setiap anak TKI yang belajar harus menyesuaikan diri dengan fasilitas belajar yang minim, serta ketersediaan buku dan guru yang terbatas.

Bagi Ratih, kesulitan tersebut belum seberapa karena Ratih harus berjuang lebih keras dibandingkan anak-anak seusianya yang lain. Hidup sebatang kara membuat tekadnya menyelesaikan pendidikan di Sabah ini semakin bulat agar cita-citanya bisa tercapai.

”Saya murid kelas 3 di SMP Oma Attawuwur. Sekolah masuknya jam tujuh setengah, Saya baru saja ulangan semester ganjil. Sekolah masuk seperti biasa, tapi sabtu minggu disana libur. Saya lahir tanggal 25 Maret 2001. Saya kurang tahu apa pekerjaan bapak saya. Kalau ibu saya Nency sudah meninggal,” ungkap Ratih.
 
Sengaja datang demi Jokowi

Sebenarnya, Ratih berharap sekali bisa bertemu Jokowi. Ratih mengaku mengetahui sosok Jokowi saat dia menjabat sebagai Gubernur DKI.

“Saya tahu saat dia menjadi gubernur. Orangnya kurus, tapi perhatian sama rakyat. Tahu-tahu dari TV kalau sekarang menjadi presiden. Yah semoga bisa bertemu nanti. Saya mau sampaikan kalau bisa sekolah anak TKI di Sabah bisa menjadi sekolah formal, sama dengan sekolah di Indonesia,” ungkap Ratih.

Namun, meski tak bisa bertemu dengan Jokowi, Ratih tetap optimistis bisa menjadi pilot. Tekadnya sudah bulat untuk meneruskan sekolah ke Indonesia saat kakinya menginjak bumi pusakanya untuk pertama kali.

“Baru pertama kali ini menginjak Indonesia. Saudara di Indonesia saya kurang tahu. Tapi saya bertekad untuk tetap sekolah,” tutur Ratih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com