Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat "Operasi Senyap" di Tepi Sungai Bahau

Kompas.com - 16/12/2014, 18:41 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

MALINAU, KOMPAS.com - Saku celana Ajang Kahang bergetar. Kahang segera merogohnya dan sebuah telepon seluler Nokia seri "jadul" dia genggam. Sesaat dahinya berkerut ketika membaca sederet tulisan di layar ponselnya.

Tak lama, giliran jari Kahang bergerak di atas tombol-tombol benda itu. Selama tiga detik sesudahnya dia terdiam, lalu tersenyum. "Ah, akhirnya mereka dapat lima ekor babi. Dua ekor babi dewasa, tiga ekor masih anak-anak."

Momen itu terjadi pada Senin (8/12/2014) sore, di teras rumah Camat Pujungan, Malinau, Kalimantan Utara. Saya sedang bersama Kahang, mengobrol santai soal Gerakan Desa Membangun (Gerdema) Pemerintah Kabupaten Malinau.

Kahang adalah Kepala Dinas Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Pemerintah Kabupaten Malinau. Dinasnya merupakan leading sector program andalan Bupati Malinau Yansen Tipa Padan itu.

Pesan singkat tersebut menyela obrolan santai kami. "Ada staf saya yang ikut mereka berburu. Ini dia SMS, katanya dapat lima ekor," ujar Kahang mula-mula, sembari tersenyum. Saat itu, saya masih tidak mengerti apa yang dimaksud Kahang.

Petunjuk dari pernyataan Kahang soal "berburu" dan "dapat lima ekor" memaksa otak saya memutar waktu ke belakang. Saya bertanya, "Itu maksudnya yang kita lihat di Sungai Bahau tadi ya?" Kahang menjawab, "Iya, yang tadi. Hebat betul ya mereka," lalu menjelaskan lebih rinci.

Suatu siang di Sungai Bahau

Ingatan saya langsung terbang ke beberapa jam sebelum perbincangan kami di teras ini. Beberapa jam yang lewat, rombongan Safari Natal 2014 Bupati Yansen melanjutkan perjalanan dari Desa Long Kemuat ke Desa Pujungan--tempat kami mengobrol itu.

Kami--reporter Kompas.com, Fabian Januarius Kuwado bersama fotografer Fikria Hidayat dan Kristianto Purnomo--turut serta dalam rombongan yang memulai perjalanan pada 1 Desembe 2014 tersebut. Saat melaju di atas ketinting, perjalanan kami siang itu berlangsung dalam cuaca buruk.

Hujan deras mendera rombongan ketinting saat baru sekitar 30 menit mengapung mengikuti aliran sungai selebar 20 meter dan berjeram deras itu. (Baca: Sensasi Menembus Hujan, Menerjang Jeram, di Atas Ketinting).

Di tengah perjalanan, mata saya tertumbuk pada sejumlah ketinting tak berpenumpang yang tertambat di tepi sungai yang sedang kami arungi. Berkeliling memandang, saya tak melihat si empunya perahu di situ.

Setelah agak lama mengamati, mata saya baru mendapati para penumpang ketinting itu adalah sekelompok lelaki yang terlihat duduk diam di dalam tenda terpal, dengan semak di sekelilingnya. Nyaris tak terlihat.

Saat itu, ketinting yang ditumpangi Bupati sempat menepi. Otomatis, perahu yang ada di belakangnya, termasuk yang kami tumpangi, ikut berhenti. Ternyata, Yansen hanya memotret orang-orang yang duduk dalam sunyi itu.

Selama itu, sekelompok lelaki di bawah tenda tetap tak bersuara--apalagi bergerak--dan hanya menyunggingkan senyum sebagai sapaan kepada rombongan Bupati. Semula, saya kira mereka hanya berteduh dari hujan yang memang turun cukup deras.

Perbincangan dengan Kahang baru membuat saya mengerti. Sekelompok lelaki itu sedang berburu binatang di hutan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com