BANJARNEGARA, KOMPAS.com - Camat Karangkobar Yusuf Arigar menyatakan wilayahnya tidak pernah dipasang alat deteksi bencana. Pernyataan itu untuk menepis anggapan dari Badan Nasional Penanggulangan (BNPB) soal alat deteksi bencana yang dirusak oleh warga.
"Saya belum tahu. Saya kira selama di sini tidak pernah tahu soal alat pendeteksi dini longsor di kecamatan ini. Yang ada cuma alat pengukur curah hujan," ujar Yusuf, Selasa (16/12/2014).
Soal alat yang dimaksud, Yusuf kemudian memanggil stafnya untuk memperjelas posisi pemasangan alat tersebut. Sang staf, kata dia, juga tidak pernah menerima pemberitahuan pemasangan alat deteksi bencana longsor.
"Itu adanya alat pengukur hujan. Itu saja masih manual. Alatnya itu di depan kantor kecamatan," kata Yusuf.
Dia pun menyimpulkan bahwa tidak benar warga Karangkobar merusak alat deteksi bencana.
Yusuf mengakui 13 desa di wilayahnya masuk sebagai kategori rawan bencana.
Staf Kecamatan, Maryono, juga mengaku tidak pernah tahu soal alat tersebut. Jika ada, dia pasti diminta untuk mengawal pemasangannya. Alat pendeteksi dini bencana dikabarkan akan mengeluarkan suara sirine jika ada ada pergerakan tanah.
"Puluhan tahun saya di sini, saya hanya pasang alat pengukur curah hujan ini, itu pun kerja sama dengan BMKG Semarang. Tiap seminggu sekali saya lapor dengan SMS," paparnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Sutopo Purwo Nugroho dalam rilisnya sempat mengatakan bahwa alat sistem peringatan dini longsor yang dipasang di Banjarnegara banyak yang rusak dan tidak berfungsi. Alat tersebut sengaja dirusak warga setempat. Warga dinilai kesal lantaran sirine itu terus saja berbunyi sehingga membuat mereka cemas. [Baca:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.