Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Selamat Datang di Malinau": Perjalanan di Jalan Tanah Licin Bertepi Jurang, Menorobos Sungai...

Kompas.com - 08/12/2014, 06:30 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

MALINAU, KOMPAS.com - Hujan deras mengguyur Desa Sungai Anai, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, sejak Jumat (5/12/2014) malam. Langit pun tak kunjung berhenti "menangis" pada Sabtu (6/12/2014) pagi di sini, desa yang bahkan bisa jadi tak tergambar di peta yang dijual di kota.

Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 Wita. Di rumah panggung kayu milik warga, kehidupan baru sudah mulai menggeliat. Anggota rombongan Safari Natal 2014 Bupati Malinau Yansen Tipa Padan--termasuk kami dari Kompas.com, reporter Fabian Januarius Kuwado serta fotografer Fikria Hidayat dan Kristianto Purnomo--mulai pula beranjak.

"Wah, masih hujan ya," ujar Kristianto setelah sesaat menggeliat dari kasurnya. "Wah, celana gue basah," seru dia tak lama kemudian sesudah melongok ke halaman, tempat selembar celananya masih tergantung manis di tali jemuran warga.

Tak urung, seruan berkelanjutan Kristianto mengusik "kenyamanan" kami--saya dan Fikria--yang beberapa saat lalu masih bergemul selimut beralas kasur busa di tengah rumah panggung.

Pukul 08.00 Wita, kami mandi bergiliran. Dua jam lagi perjalanan panjang akan dilanjutkan kembali di pedalaman Malinau. "Wah, jalanan ke Data Dian pasti licin nih," giliran Fikria yang bersuara begitu melongok ke luar rumah panggung.

Terjang lumpur, terobos sungai

Pukul 10.00 Wita, rombongan sudah siap di dalam mobil four wheel drive masing-masing. Hujan tersisa rintik halus saja. Bupati Yansen menyetir sendiri mobil kabin ganda hitam. Dia memimpin tujuh mobil jenis serupa di belakangnya.

Rombongan akan melanjutkan perjalanan dari Desa Sungai Anai ke Desa Data Dian, masih di Kecamatan Kayan Hilir. Jaraknya sekitar 20 kilometer. Dengan kecepatan standar, waktu tempuh kedua desa tersebut sekitar 30 menit saja.

Kompas.com/Fabian Januarius Kuwado Jalan yang harus dilintasi dalam perjalanan dari Desa Desa Sungai Anai ke Desa Data Dian, di Kayan Hilir, Malinau, Kalimantan Utara, Sabtu (6/12/2014).
Mobil melaju. Dan terjadilah apa yang sudah diduga Fikria. Jalan sangat licin akibat diguyur hujan semalaman. Di beberapa ruas jalan yang bersisian dengan jurang lebarnya kian mengecil, rawan longsor pula. Perjalanan kali ini menjadi sangat menantang.

Luther (25) sopir mobil yang kami tumpangi--mengaku sudah menyetir mobil macam ini sejak berumur 17 tahun--bertutur soal "seni" mengemudi di jalanan pedalaman Kalimantan. "Kalau jalan begini kondisinya, mobil paling cepat melaju 40 kilometer per jam saja," ujar dia.

Selamat datang di Malinau

Sembari tetap berkonsentrasi pada jalanan, Luther bertutur soal cara mengatasi aneka rupa jalanan yang naik-turun tak pakai pertanda. "Kalau jalannya menurun, gasnya kita lepas saja. Kita hanya mainkan rem supaya mobil itu enggak lari-lari dia."

Baru Luther mengatakan demikian, mobil sampai di puncak tanjakan. Jalan di depan menurun dengan tikungan tajam ke kanan di ujungnya. Perlahan, Luther membawa kami menuruni jalan. Di ujung turunan, dia menginjak pedal rem kemudian memutar setir ke kanan sembari perlahan menginjak pedal gas. Woow, sensasinya luar biasa...!

Belum sempat menyelesaikan tikungan tajam, kubangan lumpur menyambut kami. "Byur!" Ban mobil melaju di atas tanah berlumpur. Usai "berkubang" mobil kami sempat melaju tak stabil. Bagian belakang mobil bermanuver ke kiri dan ke kanan. Luther pun mencoba menyeimbangkan setirnya supaya mobil melaju dengan lurus.

Dag-dig-dug, melebihi mau ketemu pacar pertama rasanya jantung kami berdegup. Melihat ke depan, terbayang setiap saat mobil ini bisa tergelincir ke jurang di sisi kiri jalan. "Hahaha, selamat datang di Malinau, Bang," canda Luther melihat kami yang pucat-pasi dan sibuk berpegangan.

Belum sempat kami menanggapi ledekan Luther, mobil kami sudah sampai ke bibir sungai. "Kalau habis main tanah lalu masuk sungai, bagus buat ban mobil. Dia punya kembang-kembang (alur ban) lepas dari tanah, jadi bersih lagi. Mereka jadi siap cengkeram tanah." Kami, masih pucat pasi, hanya menganggukkan kepala. Mau apa lagi?

Tak terasa, rombongan sampai ke Desa Data Dian. Luther melirik ke jam tangannya. Sudah pukul 10.50 WITA. "Wah, lewat 20 menit dari yang seharusnya," gerutu dia pada dirinya sendiri. Di sini, rombongan bupati hanya sejenak beristirahat. Perjalanan masih akan panjang menembus pedalaman.

Hangatnya kasur di pagi yang dingin di Desa Sungai Anai, adalah kasur terakhir di pekan ini buat kami. Pada Sabtu malam, kami menginap di tepi sungai. Bagaimana ceritanya, tunggu di serial tulisan berikutnya....


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com