Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menguji Kelihaian Bupati di Wilayahnya Sendiri...

Kompas.com - 04/12/2014, 18:56 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

MALINAU, KOMPAS.com - "Formasi bergerak dari Data Baru, monitor," ujar Bilung (26) lewat walky talkie dari dalam mobil kabin ganda mobil four wheel drive, Selasa (3/12/2014).

Kaki kiri pemuda asli Mahak, desa pedalaman di Malinau, Kalimantan Utara itu lalu menginjak pedal kopling di kaki kiri dan tangan kirinya mendorong tuas persneling ke gigi satu.

Pelahan, pedal kopling dilepas perlahan seiring injakan kaki kanannya di pedal gas.  Rangkaian mobil maju. Perjalanan dimulai.

Mobil yang disopiri Bilung memimpin sembilan mobil lain dari rombongan safari jelang Natal 2014 Bupati Malinau Yansen Tipa Padan. Yansen ada di mobil di urutan kedua.

Safari jelang Natal ini sudah memasuki hari ketiga. Usai blusukan di Desa Long Sule, Long Pipa dan Data Baru, rombongan bergerak mendekati perbatasan Indonesia-Malaysia, tepatnya ke Desa Sungai Baru, Kecamatan Kayan Selatan.

Bilung menuturkan, jarak antara Desa Data Baru ke Sungai Baru sekitar 60 kilometer. Waktu yang ditempuh, ujar Bilung, relatif. Jika kecepatan tinggi, bisa ditempuh dalam satu hingga satu setengah jam saja.

"Tapi jalannya banyak lubang, sudah gitu kita kan rombongan pejabat, jadi pelan-pelan saja. Enggak tahulah nanti sampai jam berapa," ujar Bilung sembari tetap berkonsentrasi pada jalan.

Jalan yang rombongan lalui hanya selebar empat meter. Jangan dibayangkan mulus seperti di kota besar. Hanya jalur tanah berlapis batu kerikil mengular, itulah jalan ini.

Kontur jalanan naik turun dan berkelok-kelok membelah hutan tropis Kalimantan. Terkadang, mobil mesti melambatkan laju agar bisa melintasi lumpur.

"Untung tidak hujan, jadi kubangannya tidak terlalu banyak. Wah, kalau hujan, kubangan semua ini jalan," ujar Bilung, masih tetap sembari konsentrasi mengemudi.

Selama perjalanan ini, langit biru dengan gumpalan awan putih mengiringi perjalanan kami. Pemandangan di kiri-kanan jalan adalah aneka ragam pepohonan yang berderet tak teratur. Hutan.

Menurut Sersan Kepala TNI Lalu Ubaidilah--Kepala Pos Rayon Militer Kecamatan Sungai Boh--yang menjadi tim advance rombongan kami mengatakan, hutan di pedalaman Malinau adalah rumah binatang liar.

"Ada rusa. Orang sini menyebutnya payau. Ada babi hutan, ada kancil dan ular. Jika kita masuk hutan lebih dalam lagi, pasti bertemu beruang," ujar Lalu.

Dua desa

Sejak 1 Desember 2014 hingga 11 Desember 2014, tiga awak Kompas.com--Fabian Kuwado, Fikria Hidayat dan Kristianto Purnomo--mengikuti penjelajahan ke sejumlah desa di Malinau, Kalimantan Utara, sebagai bagian dari safari menjelang Natal dari Bupati Malinau, dengan cerita yang disajikan berseri.

Pada Selasa ini, rombongan kami sedang berjalan menuju dua desa tujuan. Pada pukul 13.00 Wita, kami singgah di Desa Sungai Agung, masih di Kecamatan Sungai Boh. Masyarakat di sana menyediakan ubi, singkong dan lemang. Suguhan ini dinikmati dengan lahap oleh Yansen, apalagi kami.

Sekitar pukul 14.00 Wita, rombongan kami sudah singgah di dusun lain, sebuah dusun lama. Di sini Yansen menerima 22 kepala keluarga, mereka yang 30 tahun terakhir berpindah-pindah desa di Kalimantan Barat, Utara, dan Timur.

"Dengan ini saya menerima masyarakat untuk kembali ke sini. Saya resmikan lokasi ini dengan nama Dusun Tebuan," ujar Bupati yang diiringi tepuk tangan masyarakat adat Dayak Kenyah.

Ujian untuk sang bupati

Kompas.com/Fabian Januarius Kuwado Bupati Malinau Yansen Tipa Padan, dalam perjalanan safari menjelang Natal 2014 di pedalaman Malinau, Kalimantan Utara. Gambar diambil pada Senin (1/12/2014).
Sesudah "seremonial" di Tebuan tersebut, rombongan kami kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini, Yansen meminta dia yang memegang kemudi. "Biar saja yang bawa (mobilnya)," ujar dia kepada sopir mobilnya.

Kepada Bilung yang mengemudikan mobil di depannya, Yansen berpesan singkat, "Kalau saya merapat, berarti kamu harus lebih cepat ya. Kalau tidak saya salip nanti."

Rombongan mobil pun bukan lagi rombongan pejabat yang melaju perlahan dan hati-hati. Rombongan menjadi konvoi semi off road. Bilung memacu mobilnya dengan kecepatan 50 kilometer per jam, di jalanan yang kondisinya masih sama seperti sebelumnya.

Namun, jalanan dari Desa Sungai Agung ke Sungai Barang ternyata memburuk dibandingkan kondisi jalan yang sebelumnya dilintasi--yang juga buruk. Turunan dan tanjakan pun menjadi semakin tajam, dengan kubangan lumpur semakin banyak pula.

Sudah begitu, ada dua sungai yang harus diterjang rombongan mobil ini. Betul, bukan lewat jembatan, tetapi benar-benar mengarungi sungai dengan mobil. Memiliki lebar 10 meter, sungai itu untung saja tak terlalu dalam, hanya berkedalaman sekitar setengah diameter ban mobil. Arus juga sedang tak deras.

"Byur!" Empat roda mobil sudah terendam air, bukan bunyi kami yang menceburkan diri untuk berenang di sungai. (Baca: Berlomba dengan Bocah di Sungai Pedalaman Hutan Kalimantan). Ini ujian kelihaian bupati mengemudi.

Rombongan sampai ke Desa Sungai Baru pada pukul 16.00 Wita. Namun, penjelajahan jalur darat pedalaman Malinau belumlah selesai. Jumat (5/12/2014), rombongan akan kembali menelusuri jalanan yang tak lebih mulus, untuk menuju Desa Betaoh Kecamatan Kayan Hulu.

Apa cerita yang menanti perjalanan kami berikutnya? Kita lihat saja nanti....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com