Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

710 Warga Magelang Diduga Terserang Chikungunya

Kompas.com - 02/12/2014, 22:25 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Magelang, Jawa Tengah, mencatat setidaknya 710 warga terindikasi penyakit (suspect) Chikungunya. Bahkan sembilan orang di antaranya dinyatakan positif penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Albopictus dan Aedes Aegypty itu.

Jumlah tersebut diketahui setelah Dinkes setempat melakukan uji sampel darah terhadap warga yang mengalami gejala mirip Chikungunya.

"Seluruh warga yang terindikasi Chikungunya itu tersebar di 70 titik di 17 Kelurahan alias seluruh Kelurahan Kota Magelang," jelas Yis Romadhon, kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kota Magelang, Selasa (2/12/2014).

Menurut Yis, jumlah titik persebaran tersebut meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2013 lalu yang hanya 13 titik saja. Biasanya, jumlah suspect bertambah setiap musim penghujan tiba.

Kendati demikian, Yis menegaskan, sejumlah penderita Chikungunya masih dapat ditangani secara medis. Karena dibanding dengan demam berdarah dengue (DBD) dan malaria, Chikungunya tidak menyebabkan kematian akan tetapi menyakitkan bagi penderita.

"Persebaran penyakit ini sangat cepat, melalui gigitan nyamuk Aedes Albopictus dan Aedes Aegypty yang juga merupakan nyamuk penular DBD. Gejala utamanya, penderita mengalami demam mendadak, nyeri persendian, terutama pada sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang, dan ada bintik-bintik merah pada kulit mirip dengan gejala DBD," urai Yis.

Yis mengimbau kepada masyarakat untuk waspada dan menjaga lingkungan apalagi memasuki musim penghujan ini. Dijelaskan, nyamuk penyebar Chikungunya biasanya memang hidup di wilayah yang kotor, padat pendudukan terutama yang banyak terdapat genangan air.

“Kami imbau masyarakat untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat, antara lain gerakan 3 M untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN), yakni dengan menguras, menutup, dan mendaur ulang. Upaya ini juga untuk mengantisipasi penyakit lain seperti DBD dan malaria," tutup Yis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com