Pada saat kejadian, warga di berbagai daerah di Sulawesi Utara pun berhamburan ke jalan. Mereka, mulai dari anak-anak hingga warga usia lanjut, mengalami kepanikan luar biasa ketika merasakan goyangan tanah begitu kuat.
Seperti di Kawasan Bisnis Boulevard Manado, warga yang tengah istirahat berolahraga dan mereka yang berada di pusat perbelanjaan kemudian berlarian setelah merasakan guncangan gempa dalam tempo beberapa detik. Mereka lari ketakutan.
Dari kerumunan mereka terdengar jeritan bersahutan. "Gempa... gempa... Tuhan tolong... Tuhan tolong...," seru sejumlah warga bersahutan.
Warga yang panik dan keluar dari rumah pun tak peduli apakah mereka tengah mengenakan pakaian pantas atau tidak. Ada warga yang hanya mengenakan celana pendek dengan telanjang dada. Bahkan ada pula wanita yang hanya mengenakan selembar handuk karena sedang mandi ketika gempa terjadi.
Kepanikan luar biasa juga terjadi di rumah-rumah sakit dan hotel-hotel. Di Rumah Sakit Sam Ratulangi, Tondano, Minahasa, misalnya. Banyak pasien di rumah sakit ini nekat berlari.
Pun di Siloam Hospitals, Manado, pasien dievakuasi menuju lobi. Keluarga dan para pasien berhamburan keluar dari ruang perawatan. Beberapa pasien bahkan terlihat berlari dengan jarum infus masih tertancap di tangan. Ketika sudah tak lagi gempa, para pasien yang turun ke lantai bawah dihibur keluarga dan sejumlah warga yang saat itu berada di sekitar rumah sakit.
Tamu hotel juga berhamburan keluar hotel mencari tempat aman. Seusai gempa, mereka masih duduk-duduk di halaman hotel, seperti terlihat di Swissbell Maleosan, Aston Manado Hotel, dan Hotel Aryaduta.
Di sekolah, anak-anak juga lari keluar kelas karena takut. Seperti terjadi di SDN 120 dan 02 Manado, ratusan anak berhamburan keluar ruangan dari bangunan dua lantai, ke tengah halaman sekolah yang biasa dipakai untuk upacara bendera.
Wajah anak-anak sekolah dasar tersebut terlihat ketakutan dan panik, dengan didampingi guru-guru yang juga terlihat panik mengarahkan anak muridnya untuk ke tengah lapangan.
Sebagian anak menutup telinga karena takut. "Duduk-duduk ya kalau pusing," ujar seorang guru kepada murid-muridnya di lapangan.
Kemudian, sebagian dari mereka menuruti dengan duduk di tengah lapangan. Sebagian lainnya terlihat bingung mencari orangtuanya di jalan.
Warga Paniki, Mapanget, Manado, Fahmi, yang sedang mengendarai mobil saat menjemput anak dari sekolah, mengatakan, saat gempa terjadi, anaknya mengira bahwa ban mobil kempes.
"Anak saya bilang, 'Pak ini bannya kempis, mobilnya goyang'," kata Fahmi menirukan ucapan sang anak yang baru saja dijemput di sekolahnya itu.
Fahmi pun mengaku langsung menghentikan mobilnya. Ketika melihat banyak orang di jalan, dia pun bertanya. Dia menyangka, banyak orang di jalan karena ada kebakaran.