Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum Meninggal, Abang Angelina Sondakh Minum Wine dengan Rekan Bisnis

Kompas.com - 04/11/2014, 09:25 WIB

MANADO, KOMPAS.com - Kepolisian Daerah Sulawesi Utara meminta klarifikasi dari Polresta Balikpapan, Kalimantan Timur, mengenai penyebab kematian Frangky Nicolash Sondakh (42) di Balikpapan. Frangky adalah saksi kunci dalam kasus korupsi proyek Kementerian Pemuda dan Olahraga, Youth Centre, senilai Rp 9,8 miliar.

Kasubdit Tindak Pidana Korupsi Polda Sulut Ajun Komisaris Besar William Simanjuntak, Minggu (2/11), di Manado, mengatakan, pihaknya telah menghubungi Polres Balikpapan, menanyakan informasi kematian Frangky.

”Saya baru dapat keterangan awal saja (kematian Frangky), tetapi penjelasan resmi kita peroleh besok (Senin),” kata Simanjuntak.

Frangky ditemukan tewas di kamar Hotel Gran Senyiur, Kota Balikpapan, Sabtu lalu. Polres Balikpapan tengah menyelidiki kejadian itu dan akan melakukan otopsi.

”Penyebab kematian belum dipastikan. Namun, sebelumnya korban diketahui minum wine bersama rekan bisnisnya,” ujar Ajun Komisaris Damus Asa, Kepala Satuan Reskrim Polres Balikpapan, Minggu.

Korban diketahui masuk ke hotel berbintang lima itu hari Kamis lalu. ”Dia (Frangky) masuk ke hotel itu dalam keadaan sehat,” kata Damus. Jenazah Frangky saat ini berada di Mortuari RSUD Kanujoso, Balikpapan, yang sebelumnya ditempatkan di RS Pertamina.

Proyek di Manado

Menurut Simanjuntak, Frangky adalah pelaksana proyek bermasalah Youth Centre di Manado yang sejauh ini masih berstatus saksi. Disebutkan, Frangky akan diperiksa lagi oleh penyidik Polda Sulut untuk menentukan statusnya sebagai tersangka. Selain Frangky, Polda Sulut juga telah dua kali memeriksa Wali Kota Manado Vicky Lumentut yang diduga mengetahui banyak kasus tersebut.

Dikatakan, tiga tersangka kasus Youth Centre menyebut peran aktif Frangky dan Lumentut dalam pelaksanaan proyek yang memunculkan kerugian negara. Menurut Simanjuntak, berkas tiga tersangka, yakni Paskalis Mitakda, Ronny Eman, dan Jupri Umar, telah dilimpahkan ke Kejaksaan Tinggi Sulut.

”Karena itu, Polda Sulut perlu melakukan klarifikasi kepada Polresta Balikpapan, apakah kematian itu terkait dengan penyidikan kasus Youth Centre atau kematian wajar,” ujarnya.

Kerabat Frangky, Sheley Sondakh, menyebut Frangky telah lama berprofesi sebagai kontraktor, mengikuti jejak mertuanya, Berty Maramis. Ia adalah kakak kandung Angelina Sondakh. Frangky, anak sulung dari mantan Rektor Unsrat Lucky Sondakh, dikenal memiliki perilaku baik, pendiam, sederhana, dan suka menolong.

”Kami terkejut mendengar kematian Frangky dari ayahnya (Lucky Sondakh) yang memberi tahu melalui akun Facebook- nya,” katanya.

Frangky menikah dengan Nova Maramis dan memiliki empat anak, yakni Bianca Kesya Sondakh (19), Tasya Rebecca Sondakh (14), David Pendekar Sondakh (10), dan Yeheskiel Sondakh (4). Bianca saat ini mahasiswi di Universitas Deakin, Melbourne, Australia.

Kasus korupsi Youth Centre terungkap akibat laporan Paskalis Mitakda ke Polda Sulut. Dalam laporan tersebut, Paskalis menyebutkan, pembangunan gedung Youth Centre tidak sesuai bestek dan perencanaan pembangunan dari Kemenpora.

Polda Sulut pun menerjunkan tim untuk melakukan pemeriksaan. Lalu, ditemukan bahwa proyek itu hanya menghabiskan biaya sekitar Rp 4 miliar. Artinya, terjadi selisih cukup besar dari anggaran Rp 9,8 miliar. Hingga kini, gedung Youth Centre tidak dapat dimanfaatkan.

Proyek di kawasan Mega Mas, pusat Kota Manado, itu juga tidak dilengkapi surat izin mendirikan bangunan. Semestinya di dalam gedung dilengkapi sarana olahraga dan panggung teater sebagai sarana kesenian. Kenyataannya, di dalam gedung Youth Centre terlihat kosong melompong mirip gedung balai desa.

Menurut Paskalis, sejak awal proyek Youth Centre sudah bermasalah ketika dirinya mendadak diganti saat dana proyek turun dari Kemenpora tahun 2012 oleh Wali Kota Manado. Ia mempertanyakan pergantiannya kepada Komite Pembangunan yang baru, Ronny Eman. (ZAL/PRA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com