Imam didampingi oleh Menpora sebelumnya, Roy Suryo. Dalam sambutannya, Imam mengatakan Kongres Pemuda II 1928 merupakan tonggak sejarah penting yang diprakarsai oleh para pemuda untuk menyatukan bangsa. Persatuan merupakan kekuatan dahsyat untuk meraih cita-cita kemerdekaan.
"Ki Soegondo Djojopoespito adalah Ketua Kongres Pemuda Kedua Tahun 1928. Saat itu, usianya sangat muda, yakni kurang lebih 23 tahun, dan sudah melahirkan sebuah sejarah besar bangsa," tegasnya.
Dia mengungkapkan bahwa pada usai muda, Ki Soegondo mampu memberikan kontribusi yang signfikan dengan membuat perubahan bersama-sama para pemuda waktu itu.
"Tidaklah mudah bagi para pemuda untuk menyatukan keberagaman bangsa dengan kondisi saat itu terpecah belah. Namun dengan tekat yang kuat para pemuda bisa melahirkan Sumpah Pemuda," ucapnya.
Ki Soegondo, lanjutnya, adalah sosok yang santun, rendah hati, sabar, tegas dan pemberani. Sosoknya patut diteladani dan dicontoh oleh pemuda-pemuda saat ini. Dengan segala keterbatasan komunkasi dan sarana prasarana saat itu, para pemuda mampu menyatukan bangsa menjadi kekuatan dahsyat meraih kemerdekaan.
"Kondisi saat itu dengan sekarang sangat lah jauh berbeda. Sekarang fasilitas sudah ada, jadi jika kita tidak bisa memberikan kontribusi bagi bangsa akan sangat malu pada alm ki Soeganda dan Ki Hajar Dewantara," tandasnya.
Imam mengajak seluruh pemuda Indonesia untuk belajar dari Ki Soegondo Djojopoespito, Ki Hajar Dewantara dan para pahlawan lainnya untuk menjadi pemuda Indonesia yang berkarakter, memiliki kompentensi dan mampu memberikan kontribusi dalam pembangunan bangsa yang lebih baik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.